Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pokoke Bubar, Lek Gak Mau Pasti Tak Gigit!

1 Januari 2021   21:24 Diperbarui: 2 Januari 2021   00:08 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://imcnews.id/bahasa-daerah-masihkan-menjadi-kebudayaan-nasional-kita

Batas akhir sebuah aktifitas ditandai dengan berhentinya aktifitas tersebut dilakukan. Dan tidak akan dilakukan lagi. Jika nanti masih akan dilakukan dengan kegiatan lain, sering disebut istirahat. Kadang juga disebut jeda.

Siapa yang pernah mengikuti kegiatan pelatihan atau sejenisnya pasti akan tau persis kapan pelatihan tersebut diakhiri. Tentu saja ada yang dan seremoni sekecil apa pun untuk menandai tersebut.

Biasanya kegiatan dimulai dengan pembukaan dan diakhir dengan penutupan. Yang paling menggembirakan ketika itu adalah pada saat pengumuman peserta terbaik dan mendapatkan amplop transport beserta uang lelahnya.

Seandainya kegiatan tersebut karena sesuatu hal, dihentikan di tengah jalan makan kebanyakan orang menyebutnya bubar.

Bubar dengan terpaksa, sementara pesertanya masih ingin dan menyayangkan pembubaran tersebut bahasa yang mulanya santun dan manis didengar berubah, "Pokoke bubar, kalau gak mau pasti tak gigit."

"Tak gigit" itu hanya tambahan saya saja.

Sekarang perhatikan judul artikel ini, "Pokoke Bubar, Lek Gak Mau Pasti Tak Gigit!" Kata "pokoke" bermakna pokoknya, berasal dari daerah Jawa Tengah, bahasa Ngapak. Yang serupa dengan itu, "bapake, ibuke, Ikhlas iku koyok keset, dipidek pidek tetep kudu welcome."

Kalau "bubar" sudah lumrah dan jamak dari bahasa jawa menjadi bahasa Indonesia. "lek" sama dengan "kalau", dan "tak" bukan berarti "tidak" melainkan "akan aku".

Gabungan bahasa daerah biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari hingga dalam pidato resmi. Apalagi yang menyampaikan adalah pejabat tinggi, maka biasanya ahli bahasa memaklumi bahasa yang digunakan.

Namun jika dalam sebuah ujian seminar, srikpsi, tesis, atau disertasi, jangan coba-coba menggunakan bahasa campuran begitu. Salah-salah akan kena semprot penguji. Dan yang seharusnya coumlaude jadi batal. Mungkin saja dianggap tidak menggunakan bahasa dengan baik dan benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun