Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Pedang Terhunus

29 Mei 2020   10:03 Diperbarui: 29 Mei 2020   10:01 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pedang Terhunus

Ketika musim gugur,
Semua daun dan bunga dijatuhkan
Musim semi keindahan tersimpan
Dan manakala musim semi datang
Semua ditampakkan

Aku takut!
Rinduku menjadi pedang terhunus
"Maka tundukkanlah matamu!" bentak tuannya

Jika kuangkat maka pedang itu akan memenggal kepalaku

"Kemarilah, aku akan tunjukkan kepadamu perempuan cantik!" kata tuannya
Mata itu tetap menatap kedua ujung kakinya

Apa yang ia lihat?
Mata, bibir, dan hidung
Kecantikan dalam bayangan

Maka,
Kejatuhan demi kejatuhan
Satu persatu membelah badan
Lebih mengerikan dari pada pedang terhunus di tangan tuannya

Maka:
Ketika air bercampur debu
Maka kejernihan akan hilang
Dan terlupakan
Siapa yang berani meminumnya?

(Singai Limas, 29 Mei 2020)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun