Mohon tunggu...
Eko S Nurcahyadi
Eko S Nurcahyadi Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Aktivis di Ormas, Pegiat Literasi, Pendididikan di Pesantren NU, Profesional Muda

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Ramadan dan Spiritualitas Tawa Natural Anak-anak Masa Lalu

12 Mei 2020   23:38 Diperbarui: 12 Mei 2020   23:54 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Eko S Nurcahyadi

Kegembiraan bulan suci Ramadan tidak hanya milik orang dewasa yang selalu mengharap berkah Ramadan. Anak-anak dan remaja belia juga memiliki cara khas merayakannya.

Jika orang-orang tua menjadikan Ramadan sebagai sarana memperbanyak ibadah untuk mendapatkan maghfirah (ampunan) atas dosanya, maka bagi anak-anak bulan puasa pada umumnya jadi ajang pelampiasan kegembiraan menurut versinya.

Ramadan menjadi momen kebebasan bagi mereka. Sudah lumrah anak-anak di bulan yang menyediakan malam lebih panjang itu mereka turut bergembira turut serta aktivitas orang dewasa. Keceriaan alami mereka terpancar hingga tengah malam bersamaan selesainya syiar Ramadan.

Aktivitas pagi buta sudah dimulai dengan jalan-jalan pagi bergerombol dengan teman-teman sebayanya setelah santap sahur usai. Bagi mereka kegiatan ini merupakan ajang unjuk keberanian melakukan perjalanan jauh keluar kampung.

Agak berbeda dengan kakak-kakaknya yang sudah menginjak usia remaja. Aksi jalan-jalan pagi bersama kelompoknya jadi ajang pamer eksistensi. Sesekali aksi pamer kelompok anak belia era 80 an  itu ditandai dengan penyalaan petasan.

Bagi mereka keberanian membunyikan mercon (petasan) merupakan penanda bahwa mereka sudah gede. Ada semacam kebanggaan dengan itu. Semakin besar petasan yang dinyalakan semakin dikagumi oleh teman-teman seusianya.

Lebih jauh lagi di usia belasan remaja jaman itu berani bikin sendiri petasan-petasan kertas mulai ukuran sedang hingga besar. Perlombaan tak resmi terjadi diantara mereka. Ukurannya adalah seberapa banyak hamburan kertas dari petasan yang diledakkan.

Makin banyak hamburan kertas di halaman rumahnya makin bangga hatinya. Ada perasaan juara jika sisa-sisa hamburan kertas terpampang luas.

Sehingga timbul rasa kecewa mendalam jika kebetulan orang tuanya membersihkan halaman rumah dengan menyapu bersih hamburan kertas mercon yang merupakan capaian yang tak mudah baginya.

Kegirangan lain anak-anak usia belia di bulan suci itu adalah kegiatan menjelang nisfu lail (sepertiga malam terakhir). Mereka ramai-ramai mulai menyiapkan seperangkat alat musik seketumunya. Tak lain untuk dibunyikan menjadi irama sekenanya dibarengi dendang lagu tak merdu.

Maksudnya hanya untuk membangunkan orang bersiap santap sahur. Celakanya terkadang ada beberapa anak muda itu membunyikan tong bekas dan kentongan sehingga ada merasa sangat terganggu. Omelan dan gerutu pun dialamatkan pada anak-anak tanggung itu.

Perlakuan apapun tidak mengurangi kegembiraan anak-anak yang sedang birahi menikmati indahnya dunia.

Berkah Ramadan
Masih banyak aksi-aksi konyol anak-anak jaman old yang bisa dikisahkan sebagai pelengkap berkah bulan puasa. Semua cerita kecil itu menjadi bagian tak terpisahkan dari agungnya bulan suci Ramadan.

Ramadan selalu memberikan ruang suka cita yang luas bagi siapa saja. Termasuk di dalamnya anak-anak dan remaja belia. Keceriaan alamiah mereka senantiasa ada dan selalu tetap dari dulu hingga kini dan hingga masa mendatang.

Bagi mereka ekspresi kegirangan yang tampak onar itu bisa dimaknai sebagai luapan kegembiraan yang berkualitas spiritual. Karena itu penting untuk diperhatikan selain tuntunan untuk melaksanakan ibadah formal juga perlu memberi keleluasaan pada mereka mengekspresikan kegirangannya.

Wujud kegembiraan khas bocah-bocah culun itu perlu dimengerti sebagai laku rohani yang terjadi secara natural. Sehingga cara alamiah menggembirai datangnya bulan suci Ramadan itu seyogyanya dipelihara hingga dewasa dan masa tua.

Dalam satu riwayat hadis nabi Muhammad SAW yang potongan redaksinya "barang siapa bergembira dengan datangnya bulan Ramadan maka diharamkan dari api neraka". Inilah relevansi suka cita natural anak-anak dan remaja belia dengan keharusan orang dewasa untuk kembali belajar bersuka cita ala anak-anak yang memang suci bersih dari dosa.

Semoga kita bisa bertadris (belajar) dari tawa canda ceria putra putri kita.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun