Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Puji Tuhan atas Segala Rezeki Persaudaraan

8 Agustus 2021   00:07 Diperbarui: 8 Agustus 2021   00:40 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi. Diambil sebelum keberangkatan Rinal, sebelum jeda ketidakbertemuan.

Puji Tuhan Atas Segala Rezeki Persaudaraan

Namanya F. Rinal Sinaga. Lelaki seperempat abad yang sering saya panggil Rinal atau Renal itu mengajarkan saya keislaman lebih-lebih tentang ketauhidan. Ia seorang kristiani. Saya seorang muslim. Pada dirinya, aku melihat keislaman yang lebih mantap daripada ratusan teman saya yang islam. Karena dirinya pula dalam beberapa menit saya memuji Allah, mensyukuri kasih Allah dengan segala keterombang-ambingan ujian.

Ibarat kunci, lelaki batak itu membuka gembok berkarat yang mengunci nurani saya. Usai mengantar keberangkatannya dari Pare menuju Jakarta, sepanjang perjalanan kata-katanya mengiangiku. Saran-saran baiknya, bantuannya di tengah kesulitannya, keterbukaannya, bayangan emak-bapak saya, bayangan seorang nenek pemulung di Pare, bayangan sahabat-sahabat baik di Pare, silih berganti berseliweran di kepalaku. Tanpa sadar sekelebat-sekelebat bayangan-bayangan itu menjalin satu dengan lainnya. Hingga pada titik dimana saya tiba-tiba menangis dan tersadar bahwa Allah begitu baik memberikan saya keluarga-keluarga baru yang berangkat dari pertemanan.

Ada sekitar dua puluh menit saya menangis di jalan. Tentu tidak terus menerus saya menangis. Sebentar saya terhibur dengan ingatan obrolan sabtu pagi pertama di bulan Agustus ini dengan Rinal. Cerita tentang kekonyolannya tentang pengalaman asmaranya sempat menghentikan saya menangis. Namun lamat-lamat lagi saya teringat udar rasanya tentang berbagai problem hidupnya, pergulatannya di Jakarta, perjalanannya mencari ilmu di Pare, daya tahan dan keseriusan belajarnya yang sangat ampuh, hingga rencananya untuk kembali ke Jakarta. Pada titik saya teringat momen sebelum saya mengantarnya ke lokasi pemberangkatan bus saya menangis kembali.

Ya, sebelum saya kami berangkat, ia menyarankan saya untuk sembahyang terlebih dahulu. Namun, keimanan yang begitu rapuh ini menyatakan untuk menunda-nunda. Hingga tiga kali ia menyarankan saya untuk sholat terlebih dahulu, akhirnya saya pun mendirikan sholat. Ia tenang dan kami berangkat.

Ingatan saya silih berganti. Momen-momen terkenang dengannya ketika kami bergantian menerima tantangan menghafal kosa kata di hari libur kursus. Ya, untuk momen inilah saya kagum dengan keuletan, keseriusannya belajar. Dada saya berkecamuk. Terlebih ketika saya ingat salah satu kata, "kenapa engkau takut miskin, takut lapar, sedangkan engkau hamba dari Tuhan Yang Maha Kaya, Maha Raja, Maha Cinta?". Pikiran saya kembara. Maju dan mundur. Bergelombang seperti keterombang-ambingan.

Saya ingat dalam perut saya ada makanan dan minuman yang ia traktir percuma. Saya ingat dalam satu minggu belakangan, saya berpuasa lantaran taka da uang. Saya ingat satu cerita Rinal tentang kelaparannya di Jakarta. Saya ingat berpuluh pengalaman saya kelaparan di Jogjakarta.

Di sepanjang perjalanan pulang dada saya berkecamuk. Saya banyak belajar ilmu pelayaran dari Rinal. Pelayaran tentang iman, tentang ombak ujian, tentang keterombang-ambingan, tentang astronomi-perbintangan dan membaca kompas agar senantiasa selamat.

Dada saya berkecamuk. Saya membatin, "Allah...Allah...Allah... Betapa baik Engkau. Betapa lembut dan pemurah Engkau. Allah...Allah...Allah... Betapa Maha Raja Engkau. Betapa Maha Kaya Engkau. Betapa Maha Segala Maha Engkau. Segala puji bagiMu. Lindungi mereka yang telah melindungi sesamanya. Tolonglah mereka yang telah menolong sesamanya dengan hati telanjang. Allah...Allah...Allah...Puji Tuhan atas seluruh rezeki persaudaraan."

Pare, 08 Agustus 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun