Hai sobat Kang_Eko yang berbahagia, masih ingatkah kalian makanan tradisional seperti gemblong ketan? makanan ini terlihat menarik dan terdiri dari lapisan luar renyah serta dalam yang lembut, pembelajaran melalui makanan tradisional ini pun memiliki "lapisan" pengetahuan yang beragam: nutrisi sebagai fondasi, sains sebagai pengikat, dan karakter sebagai pemanis kehidupan. Siap untuk menggigit "gemblong pengetahuan" ini bersama-sama? Mari kita cari informasinya.Â
Gemblong ketan terbuat dari bahan utama ketan hitam atau putih, gula merah, dan santan, sehingga memiliki komposisi nutrisi yang unik. Memurut informasi yang Kang_Eko himpun dari berbagai sumber, ketan merupakan sumber karbohidrat kompleks yang memberikan energi lepas berkala, cocok untuk aktivitas fisik dan mental siswa sekolah dasar. Kandungan serat pangan yang membantu menjaga kesehatan pencernaan dan mencegah konstipasi, sementara zat besi didalamnya berperan serta dalam pembentukan hemoglobin untuk mencegah anemia. Namun, karena kandungan gula dan lemak jenuh dari santan, konsumsinya perlu dibatasi agar tidak berlebihan. Guru dapat memanfaatkan analisis nutrisi ini untuk mengajarkan konsep gizi seimbang, misalnya dengan membandingkan kandungan energi gemblong dengan makanan pokok lain seperti nasi atau kentang. Â
Sobat,
Proses pembuatan gemblong menyimpan banyak konsep sains yang dapat dieksplorasi dalam pembelajaran. Misalnya, perubahan sifat fisik ketan saat direndam (absorpsi air), fenomena gelatinisasi pati saat dikukus, hingga reaksi karamelisasi gula merah saat digoreng. Siswa dapat melakukan percobaan sederhana seperti mengamati perbedaan tekstur adonan sebelum dan sesudah digoreng, atau mengukur suhu optimal untuk mendapatkan gemblong yang renyah di luar tetapi lembut di dalam. Pembelajaran ini sekaligus memperkenalkan kearifan lokal, seperti teknik pengolahan tradisional dan filosofi di balik bentuk bulat gemblong yang melambangkan kesempurnaan. Guru dapat mengembangkan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) berbasis proyek untuk mendokumentasikan seluruh tahap pembuatan, mulai dari perhitungan kalori hingga wawancara dengan pengrajin gemblong sebagai sumber belajar autentik.
Sobat,
Pembuatan gemblong ketan melibatkan serangkaian nilai karakter yang dapat dibangun secara sistematis. Fase perendaman ketan mengajarkan kesabaran, pengulianan adonan melatih ketekunan, sementara pembentukan bulatan-bulatan kecil membutuhkan ketelitian. Kegiatan kelompok dalam proses produksi dapat dirancang untuk menumbuhkan kolaborasi, misalnya dengan sistem pembagian tugas (penimbang bahan, pencatat suhu, penggoreng) yang memerlukan koordinasi dan komunikasi. Refleksi pascaaktivitas dapat difokuskan pada internalisasi nilai-nilai seperti menghargai makanan (tidak menyisakan adonan), bertanggung jawab (membersihkan peralatan), dan empati (membagikan hasil ke warga sekolah). Pendekatan ini sejalan dengan teori pembelajaran sosial Bandura di mana siswa menyerap nilai melalui modeling (contoh guru) dan reinforcement (pujian saat menunjukkan sikap pantang menyerah). Sekolah dapat mengembangkan program "Duta Gemblong Ketan" dimana siswa bertugas mendokumentasikan resep turun-temurun sebagai bentuk konkret pelestarian warisan kuliner. Â
Sobat,
Dengan pendekatan multidisiplin ini, gemblong ketan tidak hanya menjadi objek studi nutrisi, tetapi juga media penguatan literasi sains, matematika terapan, sekaligus wahana pembentukan karakter berbasis budaya lokal yang relevan dengan Kurikulum Merdeka. Itulah beberapa informasi yang dapat Kang_Eko rangkum dan sampaikan. Semoga menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi semuanya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI