Antara Fiksi dan Realitas yang MenyakitkanÂ
Jargon "Walid Nak Dewi Boleh?" pertama kali muncul dalam serial Bidaah, sebuah sinetron yang menyoroti penyimpangan ajaran dalam sebuah pesantren fiktif di Malaysia. Walid, sang tokoh sentral, mendeklarasikan diri sebagai "utusan Rasul", menyebarkan ajaran yang menyimpang melalui dalil-dalil yang dibungkus karisma. Ia membungkam logika dan menjinakkan iman para santri wati---hingga menjadikan mereka "istri batin" atas nama kepatuhan spiritual.
Apa yang seharusnya menjadi ruang suci, justru menjadi ladang kekuasaan syahwat. Dan yang lebih menyedihkan, ini bukan hanya terjadi di layar kaca.
Realitas yang Mirip dengan FiksiÂ
Tahun | Lokasi                      | Kasus
2021 Â Â | Bandung (Herry Wirawan) | 13 santri diperkosa, 9 di antaranya hamil, 12 bayi lahir
2022   | Kediri                       | Santri wati disetubuhi oleh pimpinan ponpes, dibungkam oleh janji spiritual dan ancaman dosa
2023   | Jombang                    | Seorang kyai muda ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan pemerkosaan terhadap santri remaja
Data dari Komnas Perempuan tahun 2023 mencatat lebih dari 200 laporan pelecehan seksual di lingkungan pendidikan, termasuk pesantren. Namun, mayoritas korban tidak melapor karena takut dianggap "durhaka kepada guru".Â
Analisis Sosial: Kuasa, Dalil, dan KebisuanÂ
Mengapa penyimpangan ini bisa terjadi?
Kultus Individual terhadap Kyai atau Mursyid
Banyak santri (dan bahkan orang tua) memandang kyai sebagai wakil Tuhan. Ini menciptakan relasi kuasa yang sangat timpang dan rentan disalahgunakan.Manipulasi Dalil
Dalam Bidaah, Walid meyakinkan santri bahwa hubungan batin adalah jalan menuju surga. Di dunia nyata pun, pelaku sering menyitir ayat, hadits, bahkan cerita mistik untuk membenarkan perilaku bejatnya.Budaya Tabu dan Ketakutan Kolektif
Membongkar aib tokoh agama dianggap mencemarkan nama baik pesantren atau bahkan Islam. Padahal, agama tidak pernah mengajarkan untuk membungkam kebenaran.