Mohon tunggu...
Eko Wahyudi Antoro
Eko Wahyudi Antoro Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan statistik dan pendidikan

Konsultan, penulis dan pegiat lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Gila

9 November 2022   23:45 Diperbarui: 9 November 2022   23:52 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di usia yang ke 35 tahun 9 bulan lebih 9 hari, aku tumbuh menjadi manusia yang dapat dikatakan telah dewasa. Namun, kadangkala predikat tersebut tidak lah menjadi mutlak pantas disematkan kepada ku manakala jiwa kekanak kanakan ku muncul kembali. Sebagaimana kondisi keimanan seseorang yang kadang naik turun, demikian pula dengan kondisi kejiwaanku yang juga kadang masih labil. 

Semakin bertambah usia, sebenarnya tuhan juga mengiringi pertambahan nikmat yang luar biasa. Namun, bukan hidup di dunia namanya jika pemberian nikmat tidak diiringi oleh ujian-ujian yang menjadi barometer kepantasan kita untuk menerima nikmat tersebut.

Ujian tersebut dapat berasal dari orang lain yang tidak kita kenal, dari orang-orang terdekat, bahkan bisa juga berasal dari diri kita sendiri. Karenanya, kelebihan manusia yang menaikkan diri serta derajad nya dibandingkan dengan makhluk tuhan yang lain yakni akal dan pikiran diuji kepekaan dan kecerdasannya.

Apabila akal dan pikiran manusia tersebut peka dan cerdas, maka dirinya pasti mampu menggunakannya secara positif, terlebih ada hati yang selalu menjadi pensehat terbijak dan jujur. Tetapi jika sebaliknya, maka satu-satunya nilai pembeda kita sebagai makhluk mulia akan sirna, dan kita tidak ada bedanya lagi dengan makhluk tuhan lain yang paling hina sekalipun.

Dalam hal ini, rupanya akupun mengalami masa-masa dimana harus juga mampu membuktikan bahwa akupun masuk kedalam golongan makhluk yang bernilai lebih dibandingkan makhluk tuhan lainnya yang tidak memiliki akal pikiran. Namun, nyatanya untuk membuktikan hal tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. 

Kerikil-kerikil kecil yang siap melukai dan menggelincirkan ku, seperti sesuatu ranjau yang kadang tidak terprediksi. Dorongan emosi dan kelabilan mental serta psikologisku rupaya acapkali tidak siap, sehingga menjadikan diriku tidak berdaya.

Hinaan, cacian, makian, tuduhan bahkan penghakiman orang lain kepadaku, yang seharusnya dapat aku kesampingkan, dapat aku abaikan, justru menjadi penghuni tetap dalam benak, hati dan pikiran. Karakter dan sifat ku yang keras dan berani mati, luluh lantak jika sudah tersentuh masalah hati. Kadang ingin rasanya menjadi khilaf dan brutal, tapi entah mengapa, diriku menjadi lunglai tidak bertenaga. 

Apakah aku sudah kehilangan nyaliku, apakah aku sudah kehilangan semangat juangku, apakah aku sudah kehilangan semangat pantang menyerahku...oooo tuhan, entahlah, apa yang aku rasakan kini.

Sering aku memilih diam, mengalah dan tak berdaya, walau sebenarnya diriku bisa lebih garang dan brutal dalam menghadapinya. Apakah ini tandanya aku sudah putus asa, ataukah aku sudah tidak berdaya, atau apa aku ini sudah tidak lagi pantas didunia, banyak sekali pertanyaan yang muncul dan berkecamuk di hati dan pikiranku. 

Jika sudah demikian, aku memilih untuk menepi sejenak, sendiri, dan tidak ingin berinteraksi dengan mereka-mereka yang menamai dirinya makhluk berdikari. Renungan demi renungan tidak pernah lepas aku gunakan mengisi hari, tapi justru hal tersebut menjadi trade mark aku menjadi orang yang tidak waras diri.

Saat seperti ini...bolehkah aku bertanya tuhan...judul sinetron apa yang sedang aku jalani. Peran apakah yang saat ini engkau beri...antagonis kah..?; Protagonis kah....?; Humoris kah....? dan atau lainnya yang mungkin tidak aku mengerti. Jiwa ini sudah sangat sepi dan tidak lagi memiliki kebanggan diri. Keinginan-keinginan yang luhur banyak yang sudah mulai terkebiri, atas tekanan hati yang datang setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun