Mohon tunggu...
Eko Setyo Budi
Eko Setyo Budi Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati Budaya

Menulis buku untuk peradaban, sejarah dan amal jariah, Buku-buku saya yang sdh terbit dapat dilihat di Google Books Eko Setyo Budi (buku eko setyo budi). Suka traveling, kuliner dan olahraga jalan kaki/jogging.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kolaborasi Lingkungan Dalam Budidaya Tambak Udang Windu Organik (Bag.4)

17 September 2025   09:33 Diperbarui: 17 September 2025   09:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok.pribadi)

Kolaborasi Lingkungan Dalam Budidaya Tambak Udang Windu Organik

Oleh: Eko Setyo Budi

Pemantauan dan Penyelamatan Lingkungan

Belakangan ini masyarakat dihadapkan pada krisis lingkungan yang sangat buruk, kerusakan lingkungan yang ditandai dengan berbagai perubahan alam semakin hari semakin menunjukkan keadaan yang prihatin dan membahayakan, bahkan pada jiwa manusia. Kebijakan industrialisasi di daerah maupun di pusat Indonesia, ternyata hal tersebut sangat berperan besar dalam proses perusakan lingkungan yang terjadi.

Dalam banyak kasus perusakan lingkungan, selain hilangnya keseimbangan ekosistem di dalamnya, juga secara langsung telah berdampak pada manusia yang bertempat tinggal di sekitar perusakan lingkungan tersebut. Bahkan, jika semakin disadari dampak dari kerusakan lingkungan itu, serta sering berpindah secara cepat ke tempat lain atau berimplikasi secara luas. 

Menyadari kondisi ini, maka perlu upaya bersama dalam melakukan penyelamatan alam dan lingkungan. Salah satu tindakan yang perlu dilakukan adalah perluasan pelibatan proses pemantauan lingkungan adalah metode sederhana, tidak berbiaya tinggi serta relatif mudah dilakukan. Kecepatan kerusakan lingkungan yang terjadi tidak bisa tidak harus dilakukan oleh upaya yang serius dari semua pihak yang sangat rentan dalam terjadinya kerusakan lingkungan. Maka dari itu.. upaya individual atau LSM dalam menyelamatkan lingkungan sangat baik, namun tidaklah cukup.

Untuk mereka 'masyarakat luas' yang tinggal di daerah sedang terjadi perusakan lingkungan dan yang berpotensial mengalami kerusakan. Maka dalam tulisan ini saya ingin mengingatkan pemangku bidang pertanian atau pengusaha yang akan berusaha dilingkungan dekat lingkungan tambak. Dalam hal ini Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melakukan pemantauan dan penyelamatan lingkungan dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penyelamatan alam sekitar walaupun secara sederhana.

Kolaborasi Lingkunan Dan Budidaya

Pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan yang meliputi kebijaksanaan Penataan, Pemanfaatan, Pengembangan, Pemeliharaan, Pemulihan, Pengawasan dan Pengendalian. Meskipun perhatian pemerintah daerah terhadap Pembangunan lingkungan telah dilakukan oleh para perencana dan pelaku Pembangunan, perhatiannya lebih kecil dibanding dengan bidang-bidang lainnya, sebagai contoh ekonomi. Selain itu tidak ada peraturan secara kawasan, aspek lingkungan seringkali diabaikan, sehingga suatu kebijakan akan muncul setelah terjadi bencana akibat lingkungan yang rusak atau dirusak.

Ilustrasi kolaborasi lingkungan pohon bakau dan  tambak (dok.pribradi)
Ilustrasi kolaborasi lingkungan pohon bakau dan  tambak (dok.pribradi)

Permasalahan sudah terjadi di Kabupaten Sidoarjo sebagai contoh menurut Neraca Sumber Daya Alam dan Hutan Magrove 26.495 ha mengalami kerusakan berat sebesar 10.304,8 ha (38,8%) nya akibat perluasan atau pembukaan tambak baru. Sedangkan bila ditinjau menurut fungsinya hutan bakau merupakan jalur hijau, daerah penyangga dan sebagai daerah "Nursey Ground" atau "Green Belt", maka dapat dibayangkan bila kerusakan dan penebangan terjadi terus menerus, tak lama lagi bencana terutama banjir rab akan berdampak pada pesisir timur Kabupaten Sidoarjo. Selain terjadi di daerah pesisir, maka perusakan penebangan akan terjadi pada kawasan budidaya.

Beberapa penyebaran antara lain pembukaan lahan atau peralihan fungsi lahan yang tidak mengikuti tata ruang yang telah ditetapkan oleh Pemda. Kerusakan hutan bakau (mangrove) di pertambakan maupun pesisir pantai Kabupaten Sidoarjo akan memberikan dampak yang sangat luas, karena di areal tersebut khususnya wilayah pesisir kehidupan ekonomi banyak bergantung pada industri perikanan yang beragam; nelayan pertanian tambak dari yang budidaya tradisional, semi intensif maupun yang intensif.

Luas Hutan Bakau Kabupaten Sidoarjo

Tabel luas hutan bakau (mangrove) di wilayah pertanian tambak Kabupaten Sidoarjo dapat dilihat di bawah ini.

Kondisi pertanian tambak serta hutan mangrove Kabupaten Sidoarjo tahun 1997

No.

  Wilayah Kecamatan

  Ha

1

  Waru

  1.153.00

2

  Sedati

  7.556.00

3

  Buduran

  2.418.00

4

  Sidoarjo

  4.073.00

5

  Candi

  1.151.00

6

  Tanggulangin

     749.00

7

  Porong

     617.00

8

  Jabon

 8.578.00

Jumlah luas

26.495.00

Sumber: BPS Kab. Sidoarjo

Untuk menanggulangi dan mengantisipasi agar kerusakan hutan bakau (manrove) dapat diminimalisasi atau bahkan dapat mengembalikan kelestariannya seperti fungsi semula, Pemda Sidoarjo memprioritaskan dengan berbagai upaya antara lain:

  • Diadakan penyuluhan kepada masyarakat sekitar pantai tentang hutan bakau (mangrove) meliputi manfaatnya, cara melestarikan, arti pentingnya keberadaan mangrove.
  • Dilakukan penghijauan pantai secara terkoordinasi dengan instansi terkait dan kerjasama dengan masyarakat, yaitu meningkatkan peran serta dalam pelestarian mangrove.
  • Mendorong masyarakat pesisir untuk melakukan penghijauan (reboisasi).
  • Untuk itu, masyarakat khususnya petani tambak Sidoarjo, kita ajak budidaya tradisional (polikultur) warisan nenek moyang kita (budidaya kembali ke alam)

Pertama, menanam api-api ditanggul tambak jenis Avicenniaceae SP: Avicennia alba, Avicennia lanata, Avicennia marin, dengan jarak 5-10 meter pada pematang tambak, manfaatnya daun yang jatuh pada air tambak bisa menstabilkan kadar garam air tambak dan busuknya daun mendorong tumbuhnya planton.

Kedua,  budidaya udang dan ikan bandeng secara polikultur membuat ekosostem akan seimbang dan berkesinambungan dalam 2 tahun 5 kali siklus.

Dengan demikian pekerjaan budidaya tambak udang dan ikan bandeng yang ada bisa lestari secara alamiah sesuai pesan nenek moyang kita. 

Bersambung...

Sidoarjo, 17 September 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun