Mohon tunggu...
Eka Yuliati
Eka Yuliati Mohon Tunggu... Pembelajar sepanjang hayat

Pendidikan: Eka adalah seorang profesional di bidang pendidikan, penulis, dan perancang modul Literasi. Eka memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, termasuk gelar master prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Saat ini, Eka sedang menyelesaikan studi doktorat di bidang Ilmu Pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha. Sebelumnya, Eka mengenyam pendidikan guru di London Teacher Training College. Karier: Eka terlibat dalam berbagai kegiatan pendidikan, termasuk merancang dan melatihkan modul literasi membaca dan menulis cerita anak. Eka telah menjadi narasumber di berbagai lokakarya nasional. Publikasi: Penelitian Eka terfokus pada membaca kelas awal dan asesmen. Publikasinya tercatat di repositori Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Eka telah menerbitkan buku di bidang asesmen yang berjudul Konstruksi Instrumen, Mengonstruksi Tes dan Nontes. Selain itu, Eka telah menerbitkan puluhan buku cerita anak pada skala nasional yang dapat diakses gratis untuk pembaca yang dia cintai. Puluhan karya-karya Eka dapat ditemukan di berbagai platform antara lain literacy cloud, let's read, budi Kemdikbud dan sekolah enuma. Karyanya juga dapat ditemukan di Google Scholar. Eka pernah menjadi bagian dari Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di sekolah. Eka dikenal karena dedikasinya terhadap pengembangan pendidikan dan Literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Dunia Kehilangan Cerita, Jana Menemukan Makna. Logika, Mitos, dan Cerita. Apa yang Dicari Manusia?

12 Oktober 2025   11:08 Diperbarui: 12 Oktober 2025   11:08 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, walau zaman modern menuntut sains, rasio, dan data, manusia tetap butuh mitos untuk menceritakan dan memaknai hidup. Demitodologisasi memang membuat kita 'cerdas' secara rasional, tapi tetap ada kerinduan untuk kembali ke cerita, simbol, dan makna batin. Mungkin tugas kita sekarang bukan sekadar menolak logika, melainkan mengembalikan mitos sebagai bahasa jiwa. Supaya anak dan kita semua tetap punya ruang untuk bermimpi, bertanya, dan menemukan keberanian menghadapi dunia, dalam tidur maupun terjaga.

[1](https://id.scribd.com/document/431330716/Makalah-Rasionalisme-Dan-Empirisme)
[2](https://ppl-ai-file-upload.s3.amazonaws.com/web/direct-files/attachments/70670991/c04f94e9-7522-4c6a-a6d5-61a0b7b7d382/Jana-Tak-Mau-Tidur-POP-1.pdf)

Google

ayasan Literasi Anak Indonesia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun