Jadi, walau zaman modern menuntut sains, rasio, dan data, manusia tetap butuh mitos untuk menceritakan dan memaknai hidup. Demitodologisasi memang membuat kita 'cerdas' secara rasional, tapi tetap ada kerinduan untuk kembali ke cerita, simbol, dan makna batin. Mungkin tugas kita sekarang bukan sekadar menolak logika, melainkan mengembalikan mitos sebagai bahasa jiwa. Supaya anak dan kita semua tetap punya ruang untuk bermimpi, bertanya, dan menemukan keberanian menghadapi dunia, dalam tidur maupun terjaga.
[1](https://id.scribd.com/document/431330716/Makalah-Rasionalisme-Dan-Empirisme)
[2](https://ppl-ai-file-upload.s3.amazonaws.com/web/direct-files/attachments/70670991/c04f94e9-7522-4c6a-a6d5-61a0b7b7d382/Jana-Tak-Mau-Tidur-POP-1.pdf)
ayasan Literasi Anak Indonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI