Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Merah Marun

16 Agustus 2019   10:58 Diperbarui: 16 Agustus 2019   15:30 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuh tahun yang lalu.

Kusapa satu persatu teman satu ruangan denganku. Bersalaman dengan pria-pria itu membuatku makin menyukai aroma persaudaraan yang tercipta di kantor ini. Perusahaan yang sempat kubenci karena menempatkanku jauh dari kota kelahiranku. Bahkan jauh meninggalkan tunanganku. Padahal hubungan aku dan kekasihku itu baru saja diresmikan dengan pertunangan. Masa-masa berdua indah bersama terpaksa kukubur beserta lembaran masa depanku di perusahaan ini. 

"Wew...ada undangan lagi. Musim kawin ini yak. " kataku sembari mengambil undangan berwarna biru di mejaku.

Reno, seniorku yang satu ruangan denganku tetiba sudah berada di belakangku, menepuk bahuku pelan.

"Siapa nih yang kawin?" tanyaku.

"Oo...itu Ilham" jawab Reno.

"Oh ya...Mas Ilham yang orangnya pendiam dan  kaku itu, ada juga cewek yang mau sama dia" selorohku.

Dulu aku dan Ilham bekerja di divisi yang sama. Kami bekerja di lapangan, namun sejak setahun terakhir aku sudah ditempatkan di kantor. Bukan di lapangan lagi seperti dia. Setahuku Ilham juga tidak pernah memiliki kekasih. Bagaimana bisa lelaki yang kaku, pendiam, introvert seperti dia bisa menarik hati perempuan.

"Lho kamu nggak tahu dia nikah sama siapa?" Reno berbalik tanya padaku.

Aku menggeleng. Mana bisa aku menebak. Aneh-aneh saja Reno ini. Kecuali...

Kubuka lembaran undangan warna biru yang berjudul 'Ngunduh Mantu'. Mataku terpaku pada satu nama. Nama yang tak pernah asing bagiku. Bahkan nama yang selalu muncul di dalam otakku. Perempuan yang pernah hadir dan selalu menemani hariku. Perempuan dengan tawa nya yang khas, cerianya, bahagianya, bahkan bayangannya pun enggan pergi dari mataku. Apakah aku sudah salah membaca undangan ini. Mungkin saja ini perempuan lain yang namanya sama dengan perempuan itu. Bukankah nama perempuan itu terlalu pasaran. Jika mengetik nama panjang perempuan itu di mesin pencari Google pastilah ada deretan panjang nama yang sama. Tapi, jika ini bukan perempuan yang ada di benakku mengapa pula Reno mendekatiku dan  menepuk bahuku. Bukankah itu seolah menenangkanku. Jadi perempuan calon istri Mas Ilham adalah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun