Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Namaku Rey, Akulah Sang Sutradara (7)

21 September 2018   11:12 Diperbarui: 24 September 2018   11:38 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu bulan terhitung sejak Ganesha nebeng motor aktorku, Mas Ihsan. Kali ini aku menunggu kedatangan aktorku. Kulahap habis sayur lodeh dan bandeng goreng yang terhidang di depanku.

"Hey Rey..." sapa Mas Ihsan tetiba datang dari arah belakangku.

"Eits ceria banget...gimana nih?" tanyaku

"Makasih ya bantuannya Rey..."

"Laporan perkembangannya dong"

Lelaki yang menjadi aktorku kini duduk di depanku.

"Kemarin Nesha dan keluarganya datang ke rumah" katanya.

Aku hampir tersedak saat menghabiskan minum es kopi kesukaanku, " Terus kalian sudah menetapkan tanggal pernikahan?"

Mas Ihsan memasang tampang sedih, "Aku sih pinginnya bulan depan Rey nikahnya"

"Nesha  maunya kapan?"

"September nanti. Tepat dua bulan setelah aku melamarnya"

"Itu sudah perkembangan yang bagus Mas...malah tadi kupikir kalian akan menikah tahun depan" sahutku.

Kini aku merangkul seniorku ini, "Banyak berdoa ya mas, semoga Nesha tidak merubah keputusannya. Dan ingat jangan memuji dia, jangan melakukan kontak fisik dengannya, jangan memanjakan dia. Bersikaplah biasa saja. Malah lebih baik jika kalian pura- pura tidak saling kenal jika kalian berpapasan di kantor"

"Kenapa harus seperti itu pada calon istriku sendiri?" protes Mas Ihsan, "Kontak fisik maksudnya apa?"

"Kontak fisik seperti memegang tangannya, bahkan Mas Ihsan jangan terlalu memperhatikan Nesha, jangan memandang matanya, dia tidak suka dipandangi lelaki yang bukan mahramnya"

"Aku calon suaminya Rey" Mas Ihsan melepaskan rangkulanku, dia berdiri, tatap matanya mengisyaratkan dirinya sedang emosi.

Bersyukur karena  kantin kantor masih sepi. Jadi kami tidak menjadi bahan perhatian orang lain.

"Tenang Mas...kalau menghadapi Nesha, semuanya jangan terburu-buru. Kalian masih berencana buat menikah, kalian itu BELUM MENIKAH" kataku tegas.

Mas Ihsan terdiam, aku jadi merasa bersalah. Aku yang memilihnya untuk menjadi aktorku. Aku yang membuat segala skenario agar semua ini berhasil. Aku sudah melibatkan perasaan aktorku. Ah, rasanya kepala ini mau pecah memikirkannya.

"Stay cool saja, Okey" kataku.

Mas Ihsan mengangguk pelan. Aku meninggalkan kantin. Meninggalkan aktor terhebatku sendirian disana. Biarkan dirinya merenungi, perjuangan selama ini janganlah sampai sia-sia. Ganesha bukanlah wanita yang mudah jatuh hati. Aku yakin saat inipun Ganesha belum sepenuhnya jatuh hati pada aktorku. Aku tahu Ganesha hanya terperangkap dalam skenarioku. Aku tak ingin jika tiba-tiba Ganesha memutuskan untuk keluar dari skenario yang aku buat. Aku tak ingin membuat Ganesha dan Mas Ihsan kecewa.

Namaku Rey, aku galau.....

Ternyata jadi sutradara itu MUMET ya ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun