Jantungku berdegup tak karuan. Perasaan senang, cemas, khawatir bercampur jadi satu. Satu jam yang lalu aku menerima pesan singkat dari aktorku, Mas Ihsan. Dia bilang dia sudah berada di Surabaya, dia akan menuju ke rumah Ganesha.
Aku mengacungi jempol untuk keseriusan aktorku. Sabtu kemarin dia masih bersamaku di Bogor, ada acara kantor yang harus kami hadiri. Sorenya, setelah kami balik dari Bogor ke Jakarta, dia meneruskan perjalanan ke Solo. Dia beli tiket pesawat langsung dari Bandara Soekarno Hatta.
Tentu saja dia harus membayar harga tiket pesawat dua setengah kali lebih mahal dari harga biasanya. Tapi dia memang harus terbang ke Solo, menemui keluarganya, lalu mengajak keluarganya bertemu dengan Ganesha keesokan harinya.
Hari ini hari minggu, terhitung dua minggu sejak Ganesha nebeng motor aktorku. Keputusan Ganesha mungkin terkesan tergesa-gesa. Karena dia baru bertemu Mas Ihsan hanya dua atau tiga kali saja. Tapi sebagai sutradara sebenarnya aku sudah bisa menduga bahwa Mas Ihsan akan bisa mendapati hati seorang Ganesha.cepat atau lambat lamaran dan pernikahan mereka berdua akan terjadi.
Kulihat layar monitor HP ku berkedip, kuangkat panggilan telpon dari Mas Ihsan, aktorku.
"Rey..." sapa lelaki di ujung telpon.
"Ya...Gimana Mas?"
"Aku sudah hampir sampai rumah Ganesha"
"Mas ikuti alur saja, bicaralah seperlunya. Dan ingat jangan memuji Ganesha ya Mas"
"Walaupun dia cantik" kata Mas Ihsan.
Aku tertawa kecil. Aku tahu dari tatapan mata Mas Ihsan jika dia memang tulus sayang pada Ganesha. Dia orang kesekian yang jatuh hati saat pertama kali melihat sosok Ganesha.