Mohon tunggu...
Eka Sarmila
Eka Sarmila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Long Life Learner

Halo! Perkenalkan saya Eka. Menulis adalah cara saya untuk bertukar cerita kepada orang lain pada jangkauan yang lebih luas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memasuki Masa Quarter Life Crisis, Mengapa Lebih Sulit Bahagia dan Kini Ada Standarnya?

30 Maret 2023   21:45 Diperbarui: 31 Maret 2023   20:12 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki masa quarter life crisis orang cenderung ingin dilihat dan dihargai atas pencapaiannya. Mengingikan belajar kemampuan baru agar mencapai tujuan hidupnya.

Foto. 8photo dari freepik.com
Foto. 8photo dari freepik.com

Sayangnya, segala proses memiliki jalan yang berbeda. Terkadang mengapa seseorang memiliki proses yang lebih cepat dan lebih lambat banyak faktor yang melatarbelakanginya.

Mulai dari faktor latar belakang pendidikan, asal daerah, hingga bagaimana latar belakang keluarganya. Membandingkan pencapaian orang lain dengan pencapaian diri memang tidak ada habisnya. 

Bahagia Itu Sederhana, Aku Ingin Lebih Banyak Di Dengar

Foto Tirachardz dari Freepik.com
Foto Tirachardz dari Freepik.com
Pernah melihat orang datang ke psikiater? Kira-kira apa pendapatmu tentang hal itu? Berdasarkan pengamatan melalui beberapa video di sosial media yang beredar, saya menyadari bahwa di masa quarter life crisis orang ingin lebih banyak di dengar.

Mendengarkan cerita mereka secara baik tanpa menghakimi sejatinya membantu mereka untuk melepaskan beban dalam hati. Mengapa mereka lebih percaya pada psikiater? Karena, lingkungan sekitar tidak dapat memberikan solusi dan ketenangan atas permasalahan yang dimiliki. 

Pemahaman akan isu kesehatan mental seolah masih menjadi hal yang tabu. Memiliki masalah mental cenderung dikaitkan dengan pribadi yang tidak agamis. Sehingga belum sempat cerita pun terkadang malah jadi minder. 

Mendengar bisa jadi wujud apresiasi bagi pencerita. Kebanyakan orang tidak membutuhkan pengakuan berupa sertifikasi secara konkrit. Melainkan mendapatkan ruang untuk bicara dengan orang terdekat adalah wujud kebahagiaan yang sebenarnya. 

Menanggapi Standar Bahagia Lingkungan Sekitar

Foto Pressfoto Freepik.com
Foto Pressfoto Freepik.com
Bahagia seolah kini distandarkan akan kesukesan seseorang. Orang sukses sudah pasti bahagia. Kurang lebih begitu slogannya. Padahal, bahagia itu tidak ada wujudnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun