Quarter life crisis (krisis seperempat abad) adalah suatu fenomena perasaan gundah bagi orang-orang yang tengah memasuki usia dewasa. Usia ini dikisarkan pada umur 25-49 tahun.Â
Pada masa ini, begitu banyak gejolak dan tekanan yang muncul. Terutama pada pencapaian karir dan masa depan pelakunya. Bahagia seolah distandarkan dapat terlaksana apabila seseorang telah sukses dan memiliki karir yang gemilang.
Belum lagi,  sukses yang  mengacu pada standar masyarakat lokal. Pemuda yang telah memiliki gaji di atas pendapatan rata-rata bahkan setidaknya memasuki nominal dua digit adalah orang dengan kategori sukses dan bahagia.Â
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Teori hirearki yang dicetuskan oleh Abraham Maslow menjelaskan bahwa terdapat tingkatan-tingkatan kebutuhan manusia. Di posisi paling dasar adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini didasarkan pada kebutuhan primer manusia yaitu makan, minum, dan kebutuhan fisik lainnya.
Pada hirearki yang kedua, kebutuhan selanjutnya adalah rasa aman. Manusia biasa hidup berkelompok untuk saling melindungi satu sama lain. Dua tingkatan hirarearki ini dirasakan oleh segala usia. Sehingga, mengapa pada usia kanak-kanak jauh lebih mudah bahagia?
Alasanya, karena kebutuhan anak-anak jauh lebih sederhana. Memasuki hirearki yang ke-3 Maslow menegaskan akan kebutuhan sosial. Kebutuhan ini lahir dan berkembang bersamaan dengan emosi, seperti suka cita, marah, sedih, stress dan bahagia,Â
Kemampuan untuk merasakan emosi secara mendalam dapat benar-benar dimaknai memasuki masa remaja. Ini adalah salah satu penyebab mengapa memasuki usia remaja bahagia mulai menjadi sesuatu yang kompleks.Â
Sedangkan, pada masa quarter life crisis bukan hanya sekadar menjadi dewasa. Umumnya manusia akan memasuki fase membutuhkan penghargaan dan aktualisasi diri. Kedua hirearki ini adalah hirearki tertinggi dalam kebutuhan.