Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Pluralisme sebagai Aset Bangsa

26 Januari 2018   12:11 Diperbarui: 26 Januari 2018   12:18 3402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langkah yang diambil Gus Dur memang banyak larangan dari para tokoh politik karena dianggap akan membahayakan kestabilan negara. Namun Gus Dur menganggapnya dari sudut yang berbeda, dia menganggap apabila tidak ada sebuah tindakan yang nyata maka Aceh akan lebih berbahaya dan bisa saja dia keluar dari NKRI. 

Dalam ambisinya, Gus Dur sering melontarkan pendapat yang kontroversial, ia tak getar mengungkapkan sesuatu yang diyakini nya benar padahal banyak orang yang sulit memahami dan menerimanya.

Setelah berhenti menjadi presiden Gus Dur tidak berhenti untuk melanjutkan karir dan perjuangannya sampai disini saja. Tahun 2002, Gus Dur menjabat sebagai Penasihat Solidaritas Korban Pelanggaran HAM. 

Kemudian pada tahun 2003, Gus Dur menjadi penasihat dalam Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional. Pada tahun 2005, Gus Dur menjadi salah satu pemimpin koalisi politik bersama koalisi Nusantara Bangkit Bersama bersama Tri Sutrisno, Wiranto Akbar Tanjung dan Megawati, dimana koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. 

Dan pada thaun 2009, merupakan hari terakhir bagi Bapak Pluralisme Indonesia ini. Gus Dur meninggal pada hari Rabu, 30 Desember 2009 di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada pukul 18:45 WIB.

Gus Dur dan Pluralisme memang dua kata yang tidak bisa dipisahkan dari telinga masyarakat Indonesia. Karena jasa-jasa Gus Dur dalam mengedepankan kebersamaan walaupun berbeda ras dan keyakinan. 

Gus Dur digelari sebagai Bapak Pluralisme, karena keberpihakannya pada kelompok kaum minoritas, baik dalam kalangan muslim maupun karena kedekatannya dengan kalangan umat non-muslim seperti umat Kristen, Katolik dan etnis Tionghoa. Dan sikap yang ditunjukan oleh Gus Dur ini menghadirkan pro dan kontra tersendiri dari pemikirannya yang sering kontroversi. 

Dalam memperjuangkan pluralisme di Indonesia dan dalam membela kaum minoritas, Gus Dur tidaklah takut untuk melawan arus demi menegakkan apa yang ia anggap benar, walaupun resiko yang didapat dari perbuatannya itu bisa berakibat fatal untuk kedepannya. 

Namun disini Gus Dur ingin mengajarkan kepada rakyat Indonesia bahwa Negara Indonesia itu negara bangsa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, sehingga negara ini bisa maju dan bisa saling menghormati setiap perbedaan yang ada dan menjadikan Bhineka Tunggal Ika dan Undang-Undang 1945 menjadi dua dasar yang menjadi payung hukum disamping Pancasila.

Mungkin kita telah kehilangan Gus Dur. Namun, pemikiran dan jiwanya serta nilai-nilai yang diajarkan Gus Dur harus tetap kita jaga untuk dapat meneruskan perjuangan beliau dalam menjunjung tinggi nilai keberagaman dan tetap saling menghormati demi kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun