Mohon tunggu...
Eka Herlina
Eka Herlina Mohon Tunggu... Penulis lepas

Seorang teman bagi temannya, seorang anak bagi ibu, dan seorang perempuan bagi dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puasa Makin Bermakna dengan Minim Sampah

14 Maret 2025   23:41 Diperbarui: 14 Maret 2025   23:41 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto : Kurangi sampah agar puasa ramadan makin berkah (Sumber gambar : Freepik)

Mengurangi Limbah, Menambah Berkah

Meskipun puasa membatasi kita dari makan dan minum, sayangnya selama ramadan justru jumlah timbunan sampah makin meningkat terutama sampah plastik dan sampah makanan seiring kebiasaan jajan makanan berlebihan menjelang waktu berbuka. 

Padahal, Ramadan menjadi momentum untuk belajar merasa cukup dan menahan hawa nafsu terhadap yang berlebih serta mengasah sisi kepedulian termasuk peduli terhadap lingkungan. 

Sementara, agama Islam memiliki landasan ajaran yang kaya tentang menjaga lingkungan. Pelestarian lingkungan adalah kewajiban bagi muslim yang harus dijaga dengan baik. 

Sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,  

Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan." (QS. Al-Baqarah: 60)

Sementara itu perihal sampah yang makin meningkat bisa dikatakan sebagai kerusakan terhadap lingkungan, terutama plastik yang sulit di daur ulang.

Ironisnya adalah selain masalah sampah dari penggunaan kantong plastik dalam setiap jajanan takjil, adalah tentu saja sampah yang bersumber dari makanan.

Meskipun bisa dijadikan pupuk kompas atau pun sebagai pakan ternak magot, tapi tidak semua masyarakat yang aware soal ini dan memahami soal pengelolaan sampah organik. 

Sekedar mengembali ingatan tentang fakta bahwa Indonesia penghasil food waste terbesar di ASEAN. Sungguh bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.

Mulai dari diri sendiri, bawa bekal saat war takjil 

Ilustrasi foto : Bawa tempat makan sendiri kala war takjil ( Sumber foto : Dokpri)
Ilustrasi foto : Bawa tempat makan sendiri kala war takjil ( Sumber foto : Dokpri)

Dampak lingkungan akibat sampah plastik yang terabaikan begitu saja selama ramadan menyisakan keprihatinan sendiri dalam diri saya. 

Saya sadar bahwa tak ada gunanya berkoar tentang dampak sampah tanpa adanya praktik nyata. Di tengah keterbatasan diri dalam memberi solusi terhadap masalah ini, satu satunya yang bisa dilakukan adalah dengan membawa bekal sendiri saat belanja takjil.

Terkesan repot, tapi sebenar tidak juga kalau sudah terbiasa. Ribet menurut kita, ternyata bisa bikin bahagia pedagang lho karena menghemat penggunaan kantong plastik mereka yang tidak cepat habis.

Belajar merasa cukup dan puasa makin berkah

Ilustrasi foto :  berbuka puasa selama ramadan dengan menu sederhana dan cukup mengenyangkan ( Sumber gambar : Freepik/Freepik)
Ilustrasi foto :  berbuka puasa selama ramadan dengan menu sederhana dan cukup mengenyangkan ( Sumber gambar : Freepik/Freepik)

Saya bersyukur dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengisi waktu berbuka puasa dengan setumpuk aneka makanan. Jujur waktu kecil saya sempat iri dengan cerita tempat saya, dia berbuka dengan aneka ragam makanan mulai dari syirup, kolak dan gorengan. 

Sementara, saat itu ibu saya cuma mengandal teh manis terus nasi dan lauk pauk -- sebelum mengetahui soal nikmatnya kurma. Kebiasaan menghadapi waktu berbuka dengan menu sederhana ternyata menjadi gaya hidup saya saat di perantauan. 

Teman kosan saya sempat heran dengan menu berbuka puasa saya yang hanya mengandalkan air putih serta roti kemudian baru dilanjutkan dengan nasi. Belakangan ini saya baru mengetahui tentang sunah dan nikmatnya kurma yang sekarang menjadi andalan dalam berbuka. 

Sempat pernah lapar mata kala diajak ke pasar beduk, yang akhirnya makanan yang dibeli sebagian terbuang begitu saja karena kekenyangan dan tidak memiliki waktu untuk mengonsumsi karena udah lelah sholat tarawih berjamaah di mesjid. 

Akhirnya mubazir, kemudian menjadi sampah. Iya kalau dikelola dengan baik, ini dibuang ke tong sampah yang bercampur dengan sampah non organik dan berakhir di tumpukan sampah TPA.  

Bayangkan, kita memang menahan lapar hampir empat belas jam sehari, kemudian hanya butuh sedikit waktu untuk menikmati makanan berbuka. Kemudian dilanjutkan ibadah tarawih, dan istirahat. 

Jika memungkinkan untuk menikmati sisa makanan, biasanya perut masih terasa kenyang dan khawatir menganggu jadwal tidur. Perlu diingat bahwa Islam merupakan agama yang memiliki komitmen kuat terhadap kepedulian lingkungan. 

Dengan memenuhi rasa cukup terhadap konsumsi makanan dan meminimalisir penggunaan kantong plastik saat berburu takjil kita sudah memberi sesuatu bermakna baik terhadap lingkungan.

Melalui tindakan nyata seperti bijak dalam mengurangi sampah adalah upaya sederhana yang bisa dilakukan untuk lingkungan.  Sikap menjaga lingkungan ini, semoga menambah keberkahan puasa selama ramadan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam hidup ini. 

Ramadan mubarak !

****

Sumber : 

- https://muslim.or.id/86767-komitmen-islam-dalam-pelestarian-lingkungan.html

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun