Mulai dari diri sendiri, bawa bekal saat war takjilÂ
Dampak lingkungan akibat sampah plastik yang terabaikan begitu saja selama ramadan menyisakan keprihatinan sendiri dalam diri saya.Â
Saya sadar bahwa tak ada gunanya berkoar tentang dampak sampah tanpa adanya praktik nyata. Di tengah keterbatasan diri dalam memberi solusi terhadap masalah ini, satu satunya yang bisa dilakukan adalah dengan membawa bekal sendiri saat belanja takjil.
Terkesan repot, tapi sebenar tidak juga kalau sudah terbiasa. Ribet menurut kita, ternyata bisa bikin bahagia pedagang lho karena menghemat penggunaan kantong plastik mereka yang tidak cepat habis.
Belajar merasa cukup dan puasa makin berkah
Saya bersyukur dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengisi waktu berbuka puasa dengan setumpuk aneka makanan. Jujur waktu kecil saya sempat iri dengan cerita tempat saya, dia berbuka dengan aneka ragam makanan mulai dari syirup, kolak dan gorengan.Â
Sementara, saat itu ibu saya cuma mengandal teh manis terus nasi dan lauk pauk -- sebelum mengetahui soal nikmatnya kurma. Kebiasaan menghadapi waktu berbuka dengan menu sederhana ternyata menjadi gaya hidup saya saat di perantauan.Â
Teman kosan saya sempat heran dengan menu berbuka puasa saya yang hanya mengandalkan air putih serta roti kemudian baru dilanjutkan dengan nasi. Belakangan ini saya baru mengetahui tentang sunah dan nikmatnya kurma yang sekarang menjadi andalan dalam berbuka.Â
Sempat pernah lapar mata kala diajak ke pasar beduk, yang akhirnya makanan yang dibeli sebagian terbuang begitu saja karena kekenyangan dan tidak memiliki waktu untuk mengonsumsi karena udah lelah sholat tarawih berjamaah di mesjid.Â