Fatherless istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana anak tidak mendapatkan figur ayah dalam kehidupan mereka baik fisik maupun psikologis. Beberapa penyebab anak kehilangan figur ayah dalam hidupnya karena perceraian, anak lahir diluar nikah, kekerasan dalam rumah tangga, kondisi patriarki, dan termasuk alasan kemiskinan.Â
Didukung data dari olah data survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2024, dari 79, 4 juta anak berusia kurang dari 18 tahun, 15,9 jutanya atau setara dengan 20,1 persen anak berpotensi  mengalami fatherless. Sebanyak 4,4 anak tidak tinggal bersama ayah mereka. 11,5 anak yang ayah mereka jarang berada di rumah, sebagian besar waktunya habis untuk mencari nafkah di luar rumah. (Kompas.id, 10 Oktober 2025)
Fenomena ini tentu adalah hal yang tidak biasa dan menyengsarakan. Mengingat dampak negatif anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sangat besar. Anak yang kehilangan figur ayah akan mudah terjebak dalam dunia hitam, narkoba, kriminal, seks bebas, dll. Memang ada anak yang berhasil keluar dari lingkaran hitam seperti itu, namun lebih banyak dari mereka terjebak di dalamnya dan menderita seumur hidup.Â
Isu fatherless sebagian karena faktor ekonomi namun tidak bisa dipungkiri fenomena ini juga karena kurangnya kesadaran individu bahwa pengasuhan anak adalah kewajiban kedua orang tua bukan hanya ibu. Desakan ekonomi kerap kali memaksa  kedua orang tua bekerja lebih keras hingga menyita waktu. Tekanan ekonomi seringkali membuat para laki-laki luput untuk mempelajari posisinya sebagai qawwam.
Solusi dalam masalah ini tidak hanya sekedar memaksa ayah untuk menyediakan waktu atau adanya kelas parenting, namun ada hal yang jauh lebih serius yang membutuhkan pandangan yang lebih mendalam.
Masalah Ekonomi
 Fenomena fatherless berkaitan erat dengan sistem ekonomi yang diterapkan hari ini. Sistem ekonomi kapitalis telah membentuk support system yang tidak sehat bagi masyarakat. Sistem kapitalis telah melahirkan kesenjangan ekstrem hingga membuat orang kaya semakin kaya, orang miskin semakin miskin. kesenjangan ini memaksa waktu para ayah tersita untuk bekerja lebih lama sehingga waktu untuk membersamai anak lebih sedikit. Akhirnya fungsi qawwam hilang dalam diri para ayah.
Allah SWT sebagai al khalik (pencipta) al mudabbir (pengatur) kehidupan manusia tidak mungkin tidak memberikan aturan sehingga anak mengalami fatherless.
Islam telah memberikan seperangkat aturan agar ayah bisa optimal menjalankan perannya dalam keluarga termasuk ikut serta dalam mendidik anak.
Back to Islam