Mohon tunggu...
Eka BadritTamam
Eka BadritTamam Mohon Tunggu... Lainnya - pegiat dakwah Bogor

saya Eka, ayah dengan 4 orang putri yang punya hobi sharing pengalaman, ilmu, ataupun hal yang sedang diperbincangkan dengan cara dan bahasa yang ringan.

Selanjutnya

Tutup

Love

Galau Secukupnya, Move On Seterusnya

11 Juli 2023   10:54 Diperbarui: 11 Juli 2023   10:57 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Arti kata galau atau bergalau menurut KBBI adalah sibuk beramai-ramai, ramai sekali, kacau sekali. Namun istilah galau versi anak muda sekarang mengalami pergeseran makna. Mereka memaknai galau menjadi kondisi dimana hati dan pikiran berada di fase banyak pikiran, banyak masalah, ataupun bimbang. Lucunya yang menjadi penyebab galaunya mereka itu biasanya hal-hal sepele. lagi galau nih, doi ga bales chat dari pagi, galau banget nih, doi minta putus. Ya itulah anak muda, yang masih berada pada fase belajar memiliki masalah. Yang harusnya bukan masalah, mereka menjadikannya masalah. Bukan tanpa alasan tapi mereka menganggap jika punya masalah maka akan terlihat lebih dewasa.

Galau vs anak muda merupakan 2 hal yang tak terpisahkan. Memang sedang masanya jika mereka masih mencari jati diri dan menerka-nerka akan seperti apa kehidupannya di masa depannya. Iya jika yang digalaukan adalah masa depan sehingga membuat berpikir untuk mempersiapkannya. Tapi kalau galau karena cinta, wah sayang banget. Sudah tau percintaan masa remaja itu lebih banyak mudharatnya masih aja dilakukan. Ketika tersakiti, ketika patah hati mengeluh sendiri kenapa seperti ini kenapa seperti itu. Padahal dirinya sendiri yang nekat melakukan hal yang sia-sia. Kemudian menyalahkan takdir seolah-olah tidak berpihak padanya. Lucu kan?

Jika imbas dari galaunya itu masih sebatas update status atau mood swing yang berubah sih wajarlah. Tapi kalau berimbas ke hal-hal negatif seperti terjerumus ke narkoba dengan alasan untuk meredakan suasana hatinya atau yang lebih parah sampai bunuh diri, ini yang berbahaya. Padahal remaja berada ditingkat produktivitas yang tinggi. Sayang banget jika ketika berada di puncak produktivitas mereka malah tidak berbuat apapun untuk masa depannya.

Sangat disayangkan memang banyak remaja galau karena hal yang ga penting. Akan berbeda hal ketika yang digalaukannya itu adalah ketertinggalannya dalam hal yang positif. duh temen aku dapet beasiswa, aku kok engga ya, kok temen aku bisa tapi aku engga. Keren kalau yang seperti ini dijadikan motivasi untuk maju, bukan malah jadi baper, bukan malah jadi iri dengki karena orang lain lebih baik dari dirinya.

Disinilah keluarga terlebih orangtua harus peran untuk membantu anak dalam memanage apa yang sedang anak alami. Bisa dengan menceritakan pengalaman bagaimana dulu ketika remaja melewati masalah yang mungkin sama dengan apa yang sedang sang anak alami saat ini. Tapi jangan lupa untuk menyesuaikan dengan zaman sekarang. Jangan sampai si anak menganggap bahwa solusi yang diberikan orangtua terlalu kolot dan jadul. Pakai cara ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Agar si anak paham bahwa hal yang dia alami sekarang adalah proses untuk menjadikan dirinya lebih dewasa. Supaya kedepannya bisa bijak dan matang dalam mengambil keputusan dalam hidupnya.

Lalu, kenapa sih para anak muda itu gampang banget ngerasa galau? Banyak faktor yang mempengaruhi mereka. Yang pertama, terlalu sering berada disekitar kegalauan itu sendiri. Contohnya sering mendengar playlist lagu-lagu melow sampai merasa bahwa liriknya relate dengan kehidupan pribadi. Padahal si pencipta lagu membahas hal lain, tapi yang mendengar maksain buat senada dengan nasibnya.

Kedua, banyak tayangan televisi, youtube, instagram, dan media social lainnya yang kontennya bikin mewek, bikin baper yang ujung-ujungnya balik lagi ngerasa relate lagi sama hidupnya. Inilah kenapa konten seperti ini tumbuh subur. Karena banyak penikmat dan peminatnya. Padahal sejatinya itu hanyalah hiburan ga perlu disambung-sambungi  dengan kehidupan pribadi.

Ketiga, patah hati. Ini nih penyebab yang paling sering terjadi pada remaja. Karena untuk urusan hati sering dikedepankan oleh mereka tanpa melibatkan logika. Wajar karena masa remaja adalah masa untuk belajar termasuk belajar mengendalikan hati. Dan banyak diantara remaja kita yang ga lolos ketika dihadapkan ujian hati.

Keempat, muflis alias bokek aka ga punya uang hehe. Galau yang seperti ini ga hanya remaja yang mengalaminya. Bahkan yang galau karena hal ini kebanyakan orang dewasa. Namun orang dewasa akan berbeda cara meluapkannya dan terkesan seperti sedang baik-baik saja. Galaunya orang dewasa hanya akan dirasakan sendiri tanpa perlu orang lain tau. Tapi ga semua. Ada juga orang dewasa yang galaunya kebablasan malah lebih parah dari galau dan gundahnya remaja. Padahal keluhan kita di media social, galaunya status kita di status whatsapp ga akan merubah apapun. Paling hanya ucapan semangat di kolom komentar yang jumlahnya ga seberapa itu. Lainnya cuek atau bahkan nyinyir ketika status kita lewat ditimeline nya. Jadi, ga penting kan? Lebih baik kita focus pada masalahnya kemudian cari solusi dari permasalahan tersebut.

Terus gimana supaya ga galau-galau lagi? Atau minimal galaunya tidak mengarah ke hal negatif. Gampang banget sebetulnya, teorinya yang gampang hehe. Asli gampang banget kok. Hanya saja mau konsisten ga ngelakuinnya, mau sabar ga berprosesnya. Kalau mau dan kalau bisa begini langkah mudahnya.

1. Cari penyebab kenapa bisa galau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun