Mendengar cerita tentang mimpi sang raja yang disampaikan oleh seorang utusan, nabi Yusuf as menafsirkan mimpi tersebut dengan ilmu yang melekat padanya yang diberikan Allah.Â
Yusuf menjawab, "Kamu harus bercocok tanam selama tujuh tahun secara terus menerus. dari hasil panen yang kamu sabit, simpanlah dengan tangkai-tangkainya; hanya sebagian kecil sajalah yang boleh kamu makan." (QS. Yusuf: 47)
"Selanjutnya nanti akan datang masa paceklik pada tujuh tahun berikutnya, yang akan menghabiskan persediaan yang kamu asingkan. Hanya sedikit saja yang dapat kamu sisakan" (QS. Yusuf: 48)
"Sesudah itu akan datang musim hujan, hasil pertanian melimpah ruah, sehingga orang dapat membuat anggur dan sari buah." (QS. Yusuf: 49).
Setelah mendengar penuturannya raja meminta Yusuf menghadapnya yang langsung ditolak dengan alasan ingin dibebaskan dari semua tuduhan yang membuatnya dipenjara. Fitnah yang dilancarkan istri raja yang menyebabkan nabi Yusuf dipenjara.Â
Akhirnya para perempuan yang memfitnahnya mengaku dan nabi Yusuf pun dibebaskan. Bahkan diangkat sebagai menteri untuk mengatur agar tak sampai terjadi hal-hal yang diimpikan raja.Â
Nabi Yusuf menerima jabatan tinggi bukan karena keserakahan atau kesombongan namun dengan jabatan tersebut bisa menolong rakyat dari kesusahan.
Prinsip mempersiapkan diri sebelum menghadapi kesulitan-kesulitan yang dilakukan oleh nabi Yusuf bisa diambil hikmahnya sebagai bekal kita menjalani hidup.Â
Saat berjaya, berusia muda persiapan diri sebaik-baiknya untuk masa depan. Masa di mana usia tua menjadikan kita tak lagi produktif. Namun tak lantas menggantungkan hidup pada belas kasihan orang lain.Â
Kelola keuangan dan kesehatan dengan baik. Manfaatkan waktu luas dengan maksimal. Hingga jika datang masa-masa sulit sudah ada persiapan. Setidaknya hidup tak terlalu berat untuk dijalankan.
Seperti terjadinya pandemi yang melanda dunia. Keuangan keluarga banyak yang porak-poranda.Â