Mohon tunggu...
Ega Nur Fadillah
Ega Nur Fadillah Mohon Tunggu... Atlet - English Department IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebatas Cerita Pendakian

8 Februari 2019   18:38 Diperbarui: 8 Februari 2019   19:21 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekarang aku melihat jelas lekung bulan sabit itu, maksudku senyumnya yang tak kalah indah dengan bulan sabit di atas sana. Aku hanya tersenyum dan tertawa kecil. Lalu Jo melihat ke arahku dan juga tersenyum, Jo mendekat ke arahku sangat dekat dan menatapku begitu tajam, lalu perlahan ia mencium bibirku dengan hangatnya. Aku terkejut, terdiam dan terbujur kaku, lalu aku mendorong tubuhnya sambil sedikit berteriak. Jo!!!

"sorry!" ucap Jo kebingungan lalu manarik tanganku untuk segera bergabung dengan teman-teman yang lain.

Aku mencium harum masakan yang sangat enak. Persiapan makan malam hampir jadi dibantu oleh Kang Adi, si koki gunung yang sangat pandai memasak. Oh iya! Ditengah perjalanan tadi kami bertemu dengan team dari bandung. Meskipun kali pertama bertemu dengan Kang Adi pendaki dari Bandung itu, ia sudah banyak membantu team kami dalam melakukan banyak hal. Seperti membantu mendirikan tenda sekarang ini, memberi tahu waktu yang pas untuk pemberangkatan dan sekarang ia juga buatkan kita makanan.

Setelah masakan sudah matang, akhirnyaaaaa... makan-makan..!!!
semuanya makan bersama dengan menggunakan wadah kertas nasi yang dicampur jadi satu. Setelah makan, anak-anak ada yang langsung tidur, ngobrol-ngobrol dan lainnya. Sementara aku masih setia dengan api unggun yang menyala terang itu, nyala api yang menjadi satu-satunya sumber penerangan dan sumber penghangat tubuhku. Sambil menikmati gigilnya malam dan sesekali aku melihat langit yang sama sekali tak berbintang itu. Disini, aku benar-benar merasakan kesunyian yang menenangkan. Suara riuh angin dan krik..krik... jangkrik menjadi satu menemani kesunyian itu.

"Dingin ya" terlintas pertanyaan itu yang selalu Johan tanyakan padaku ketika aku hanya terdiam.

Meski dinginnya malam ini, aku merasakan hangatnya perhatian dari Jo. Aku merasakan kenyamanan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku tak pernah menyangka bahwa rasa ini mulai tumbuh untuknya. Aku takut, ini hanya perasaanku saja. Aku takut, rasa ini akan merubah sikapku yang malah membuatnya merasa tidak nyaman.

Kok belum tidur? Dingin ya???" Tanya Jo yang tiba-tiba datang dan lagi-lagi mengagetkanku, dengan mengenakan jacket tebalnya lalu duduk disampingku.

Lagi-lagi pertanyaan itu yang Jo tanyakan.
"Hah.. iya belum, aku belum ngantuk" jawabku dengan nada terkekeh.

((Author pov))

Jo menatap tajam wajah Rini yang sedang menggosok-gosokkan tangannya karena udara yang semakin dingin. Lalu, Jo melepaskan jacketnya itu dan mengenakannya ke tubuh Rini, meskipun Rini sudah mengenakan mantel dan kupluk biru kesayangannya. Jo bisa merasakan sangat dinginnya malam itu.

"Eehhh... apaaa ini??" Tanya Rini yang sempat terkaget karena jacket yang dipakaikan Jo ke tubuhnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun