Mohon tunggu...
Ega Maulana Putra Asari
Ega Maulana Putra Asari Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Pemasaran melalui Influencer Berdampak Negatif: Benarkah Hanya Buruk Semata?

6 Agustus 2025   19:10 Diperbarui: 6 Agustus 2025   19:07 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Di era digital yang penuh dengan disrupsi informasi, satu notifikasi dari media sosial bisa mengubah pola konsumsi masyarakat. Fenomena ini tak bisa dilepaskan dari peran besar influencer yang kini menjadi wajah baru dalam dunia pemasaran. Namun, dalam Forum Group Discussion (FGD) Candradimuka yang saya ikuti, mosi yang diangkat cukup kontroversial: "Pemasaran melalui influencerberdampak negatif." Sebagai peserta yang mendukung peran influencer, saya justru melihat bahwa mosi ini membuka ruang diskusi kritis, bukan untuk menyalahkan, melainkan untuk membedah secara objektif: apakah benar influencer hanya membawa dampak negatif?

Dari penyampaian berbagai pihak, terdapat tiga kutub pandangan utama. Pertama, dari sisi influencer itu sendiri, mereka menegaskan bahwa konten yang mereka buat bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga alat promosi yang efektif. Konten bersifat personal, menarik, dan mampu membangun kepercayaan konsumen. Bahkan, influencer memfasilitasi kolaborasi, membuka lapangan kerja, dan memberikan peluang bagi brand, baik besar maupun kecil yang bertujuan untuk menjangkau pasar lebih luas.

Di sisi lain, brand manajemen berada pada posisi netral. Mereka melihat peran influencer hanya sebagai jembatan penghubung antara produsen dan konsumen. Mereka tidak menilai baik atau buruk, melainkan menekankan pentingnya tata kelola hubungan antara brand dan influencer yang profesional serta bertanggung jawab.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat dan beberapa UMKM menunjukkan sikap kontra. Masyarakat mengkhawatirkan konten yang dianggap kurang etis, manipulatif, atau bahkan menyesatkan. Di saat yang sama, UMKM merasa tersaingi karena perhatian publik sering kali lebih tertuju pada promosi yang dilakukan oleh influencer besar. Walau demikian, UMKM juga mengakui bahwa pengaruh influencer bersifat dua sisi yang di mana terdapat dampak negatif, tapi juga ada potensi positif yang bisa dioptimalkan.

Berdasarkan diskusi tersebut, saya merefleksikan bahwa masalahnya bukan pada keberadaan influencer, melainkan bagaimana influencer memanfaatkan pengaruhnya secara etis dan bertanggung jawab. Di sinilah letak solusi yang perlu digagas. Pertama, penting adanya standar operasional prosedur (SOP) yang mengatur kerja sama antara brand dan influencer, termasuk dalam etika konten, transparansi iklan, dan perlindungan konsumen. Kedua, perlunya edukasi literasi digital bagi masyarakat agar lebih kritis dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh influencer. Ketiga, pelibatan UMKM dalam kampanye digital bersama micro-influencer yang lebih terjangkau namun tetap relevan bagi audienslokal, menjadi alternatif yang saling menguntungkan.

Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, diskusi ini sangat relevan dalam membentuk sikap kritis dan konstruktif terhadap perkembangan zaman. Di tengah semangat menuju Indonesia Emas dan pembangunan berkelanjutan, saya melihat bahwa influencer bukan ancaman, melainkan potensi besar yang perlu diarahkan dengan bijak. Mahasiswa UNAIR bisa menjadi agen perubahan dengan tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga aktor aktif dalam menciptakan ekosistem digital yang sehat dan inklusif, termasuk mendorong pemanfaatan influencer untuk kampanye sosial, edukasi, dan promosi produk lokal yang etis dan berdaya guna.

Sebagai penutup, mosi bahwa pemasaran melalui influencer berdampak negatif seharusnya tidak dijawab dengan penolakan atau penerimaan mutlak. Melainkan, dijawab dengan tindakan yang strategis, yaitu dengan memperbaiki sistem, memperkuat etika, dan melibatkan semua pihak secara kolaboratif. Karena pada akhirnya, bukan tentang siapa yang paling berpengaruh, tapi bagaimana pengaruh itu digunakan untuk menciptakan dampak yang positif bagi masyarakat dan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun