Mohon tunggu...
Efri Cahyanti
Efri Cahyanti Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga / Freelancer

Senang dengan dunia anak dan berita. Suka menulis dan menambah pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Istighfar Cinta

5 Februari 2024   14:33 Diperbarui: 5 Februari 2024   14:35 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

____

Hari ini aku lebih awal datang ke lapak es buah. Langsung menyiapkan semua sendiri. Seperti biasa. Tanpa bantuan. Alhamdulillah Allaah berikan aku kekuatan dan kehebatan yang tentu atas campur tangan kemudahan dari-Nya. Namun, ada sedikit kekhawatiran. Cuaca cukup syahdu hari ini. Terlihat sedikit mendung berawan. Namun aku yakin Allaah pasti tetap akan memberikanku rezeki.

Gludug gludduuggggg  gluduggg.

Terdengar suara petir mulai menyambar. Angin pun bertiup lebih kencang. Aku menatap terpal gerobagku yang terombang-ambing angin. Hujan mulai turun. Hatiku mulai gelisah. Belum ada satu pembeli pun yang datang. Namun kondisi gerobag daganganku kian tak tertolong. Kencangnya tiupan angin memporak porandakan gerobag daganganku.

Akhirnya aku berlari meninggalkan gerobag dagangan es buahku. Menuju ke warung makan tak jauh dari lapak tempat aku berjualan. Aku tidak masuk kedalam, hanya berteduh di samping warung makan sembari menyaksikan gerobag dagangan es buahku. Angin semakin kencang, hujan semakin deras. Sesekali terdengar petir. Perasaan ini begitu campur aduk menyaksikan gerobag daganganku yang rubuh, hancur, buah-buahan serta peralatan dagang berantakan tumpah dimana-mana. Aku hanya bisa menatap, terdiam, tanpa kata.

"Deras sekali yaa hujannya. Yang sabar yaa mbak. Gerobak dagangan sampai rusak seperti itu. Ini minum teh hangat dulu," tiba-tiba ada seorang bapak yang datang mendekatiku sambil membawa secangkir teh hangat. Ternyata bapak pemilik warung makan.

"Terimakasih pak," ucapku sambil menoleh ke arah beliau.

"Sini masuk saja, hujannya semakin deras, angin juga. Saya taruh sini yaa teh nya, mbak", ucapnya. Kulihat bapak itu meletakkan teh hangat di meja tak jauh dari tempat aku berdiri.

Akupun berjalan masuk ke rumah makan. Duduk di bangku. Dan meneguk teh hangat. Perasaanku lebih baik. Kupasrahkan saja keadaan ini kepada Allah. Dan beristighfar pada-Nya.

Astaghfirullahal adzim. Astaghfirullahal adzim. Astaghfirullahal adzim.

Alaadzi laa ilaa ha illaa huwal hayyul qoyyum wa atuubu ilaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun