Celah itu menjadi iming-iming dan bujuk rayu lelaki yang hendak meminang dirinya. Lelaki yang terbiasa memandang uang mampu mengubah hati wanita berpikir bahwa Tika akan takluk di tangannya.
"Dik Nina, jaga toko itu capek. Mending Nina jaga rumah kita sama-sama," ujar Joni, salah seorang pemilik dua kios kain di blok A yang mampir mengambil stok barang.
"Pak Joni bahasanya ada-ada aja, deh," balas Tika meminta Joni tak usah bergurau soal cinta.
Joni hanya satu orang yang kebetulan memiliki kemitraan dengan Abdi sehingga sering mengunjungi Tika di kios lapaknya.
Di luar urusan dagang, Tika pernah didekati beberapa tauke atau juragan yang secara serius dan diam-diam meminta Tika mau menjadi istri mereka.Â
Tetapi ia menolak lantaran selisih usia membuat mereka tampak seperti Ayah dan anak, terlebih status Bapak-bapak ini tercatat dan diketahui telah memiliki istri dan anak yang harus diayomi.
Kriteria Tika mencari pasangan sebenarnya mengena banyak pada sosok Abdi, bosnya sendiri. Pilihan itu muncul secara alamiah dan mengalir seiring waktu pengalaman keduanya meniagakan kain.
Dari segi usia, Aldi berumur 7 tahun lebih tua dari dia. Tak jadi soal bagi Tika. Faktor lain yang membuat ia jatuh hati, usaha yang dirintis Abdi, yang dijaga oleh Tika, kian lama, kian berkembang besar.
Tika hafal betul berapa pengeluaran dan pemasukan toko yang masuk dalam catatannya. Ia merasa angka-angka keuntungan penjualan sangat kokoh untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Di samping urusan materi, Tika menemukan bahwa dirinya bisa menjadi penjaga toko andal, mulai dari pemasaran sampai pembukuan diperoleh berkat Aldi mengajarkan semua materi tersebut kepadanya.
Namun harapan Tika bertepuk sebelah tangan.