Sekjen PBB Antonio Guterres baru-baru ini mengeritik keras pendistribusian vaksin Covid-19 yang menurutnya "sangat tidak adil dan tidak merata" lantaran 10 negara menguasai 75 persen dari semua vaksin secara global, mengutip Bisnis.com, 18 Februari 2021. Menurutnya, ada 130 negara belum menerima satu pun dosis vaksin.
Dukungan untuk melawan ketidakdilan distribusi vaksin
Negara-negara maju tidak sepenuhnya harus disalahkan. Derajat masalah pandemi Covid-19 di dalam negeri mereka boleh dikatakan sama peliknya dengan perjuangan yang tidak mudah untuk menurunkan angka pertambahan kasus dan mengendalikan pandemi.
Sebagai contoh Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden yang baru dilantik Januari lalu harus berpikir keras menyelamatkan keselamatan warganya akibat warisan buruk penanganan pandemi Covid-19 dari Presiden sebelumnya Donald Trump.
Begitu juga di Inggris dan negara Eropa lainnya. Mereka harus berjuang mengurai masalah kemunculan varian virus corona yang dilaporkan sangat cepat menular ke manusia.
Maka, hadirnya dr Terawan dan tim peneliti lain menunjukkan suatu kebanggaan bahwa Indonesia mampu mandiri untuk mengembangkan vaksin Covid-19.
Dr Yetty Movieta Nency mengatakan pengelolaan vaksin dilakukan sederhana dan efisien yang dapat memangkas biaya penyimpanan dan pengiriman. Ia juga meyakini keamanan vaksin, kehalalan dan memperkirakan harganya yang terjangkau.
"Aman karena memakai darah pasien sendiri dan memicu tubuh sendiri untuk menimbulkan kekebalan. Jadi Insya Allah halal karena tidak mengandung komponen lain seperti benda-benda atau binatang. Harganya juga murah diperkirakan sekitar US$ 10 atau di bawah Rp 200.000 setara dengan harga vaksin-vaksin lainnya," ucapnya.
Ia berharap vaksin Nusantara dapat digunakan sebagai alternatif ke pasien yang tidak masuk dalam kriteria vaksinasi yang banyak mengidap penyakit berat seperti kanker. Vaksin ini diproyeksi dapat diproduksi massal yang diperkirakan mencapai jutaan dosis.
Dari sekian optimis yang terkumpul, pengembangan vaksin Nusantara juga dihadapkan pada serangkaian prosedur dan regulasi. Tim peneliti perlu melewati pelbagai tahapan dari lolos uji klinis hingga mendapat izin BPOM untuk bisa didistribusikan.
Di Twitter, kegembiraan menyambut pengembangan vaksin Nusantara dirayakan warganet. Nama dokter Terawan viral dan masuk ke dalam kolom trending topic.
Perlunya akal sehatÂ
Tetapi, kegembiraan ini secara bersamaan mensyaratkan keaktifan akal sehat. Pandemi Covid-19 adalah krisis bagi semua orang. Manakala kenyataan menjadi ancaman, maka yang tersisa adalah harapan.Â