Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lewat Postingan Dewi Perssik, Kebebasan Berpendapat Tidak Lebih Penting dari Hak Hidup Dikontrol selama Pandemi Covid-19

25 Desember 2020   18:04 Diperbarui: 25 Desember 2020   18:06 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, dalam kondisi pandemi Covid-19 yang telah menekan kehidupan masyarakat, derajat kebebasan berpendapat menjadi tidak lebih penting dari hak untuk hidup dan hak untuk memperoleh informasi (yang benar).

Masalah penolakan Covid-19 merupakan kondisi serius dalam percakapan di media sosial karena sejak awal merebaknya virus Corona di China, masyarakat di Indonesia yang saat itu kosong dari kasus aktif Covid-19 cenderung meremehkan masuknya virus Corona.

Terlebih beberapa pejabat dan pemangku kebijakan di awal pandemi ini pernah menyampaikan pendapat yang terkesan berkelakar soal virus Corona.

Penyangkalan dan sikap meremehkan ini pada akhirnya membawa kasus Covid-19 menjadi meningkat saban hari hingga akhir tahun 2020. 

Dampaknya tidak saja menyangkut Covid-19 itu sendiri, tetapi sudah menyebar ke masalah kesehatan mental, ekonomi yang terkontraksi, PHK, dan masalah sosial lainnya.

Dari pendapat singkat ini, kebijakan tegas dan serius harus diambil. Peredaran informasi palsu dan tidak benar tentang Covid-19 harus dikontrol ketat, selain mengupayakan pembatasan pergerakan fisik di dunia nyata.


Ada dua hak, hak untuk hidup dan hak untuk memperoleh informasi benar yang perlu dipertimbangkan. 

Di sana, ada nyawa orang rentan yang harus diselamatkan, begitu pula ancaman terhadap nyawa tenaga medis yang berjuang dalam risiko tinggi penularan Covid-19.

Semakin gencarnya debat pro-kontra tentang kebenaran Covid-19 dalam waktu belakangan ini telah menguras banyak tenaga dan pikiran dan tidak berdampak banyak pada upaya pemulihan dan penanganan.

Cuitan Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban, 25 Desember 2020, menjadi pengingat yang cemerlang untuk semua supaya ke depannya tidak berpura-pura kaget ketika kasus Covid-19 di Indonesia mencapai satu juta kasus.

"Diketahui, 109 penumpang di Gambir dan Senen positif usai tes antigen. Kita tahu tes antigen tidak 100 persen sensitif, meski tes ini bagus. Amat mungkin satu dua orang lolos dan menginfeksi yang lain. Jadi, menuju satu juta kasus sepertinya keniscayaan. Jangan pura-pura kaget," tulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun