Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Seperti Edhy Prabowo, Pejabat Baik Lainnya Bisa Saja Terjerat Kasus Korupsi

26 November 2020   21:27 Diperbarui: 26 November 2020   21:54 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo usai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta Selatan, Rabu (25/11/2020). (Foto: Tribunnews.com) 

Pengawasan menjadi pekerjaan penting yang harus ditingkatkan pemerintah dan masyarakat untuk mencegah munculnya perilaku korupsi di antara pejabat publik. Sebaik-baiknya manusia, ia mudah jatuh ke dalam dosa.

Hipotesis di atas tercetus ketika menganalisa singkat latar-latar yang berujung pada kasus dugaan suap terkait izin ekspor benih lobster yang menjerat Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. KPK telah menangkap dirinya bersama pejabat lainnya di Soekarno Hatta pada 25 November 2020.

Penangkapan Edhy Prabowo merupakan kabar mengejutkan. Selama ini ia sering menggaungkan kebijakan barunya soal ekspor benih lobster kepada publik.

Ada dua hal yang menjadi perhatian. Pertama, dugaan suap itu dilakukan di tengah sorotan masyarakat begitu luas memperhatikan dirinya. Tindakan yang menurut hemat saya cukup berani dilakukan sang menteri.

Kedua, adanya dugaan praktik monopoli dalam pengiriman logistik. Sebagaimana diketahui, Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango dalam konferensi pers usai penangkapan menyebut ekspor hanya dapat dilakukan melalui PT Aero Citra Kargo.

Sejauh ini, informasi mengenai alasan mengapa ekspor hanya di satu titik belum lengkap. KPPU juga masih mendalami dugaan ini.

Menempuh resiko

Dua peristiwa tersebut memperlihatkan kerentanan untuk membawa masuk sang menteri ke persoalan serius yang akhirnya mejeratnya dalam perkara korupsi.

Saya paham, seorang pemimpin memang perlu mengambil keputusan beresiko dan tidak populer untuk menuntaskan amanatnya selama pertimbangan itu tidak menimbulkan kerugian negara.

Lubang-lubang itu sebenarnya dapat dihindari melalui pengawasan dan pencegahan sedini mungkin secara internal maupun memperhatikan kritik dari luar. Ini menarik sekaligus memberikan kecurigaan kepada saya untuk mendalami kealpaan Edhy Prabowo yang menyebabkan 'kecelakaan' dalam mengambil keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun