Pembelajaran dari Dataran Lindu
Beruntunglah wilayah Dataran Lindu sudah terbuka konektivitas dengan keberadaan ruas jalan yang mantap. Walau sesekali terjadi longsor di ruas ruas jalan Sadaunta-Lindu, namun setidaknya kendala aksesibilitas sudah teratasi.
Berbeda dengan beberapa wilayah di Kabupaten Sigi yang masih belum bisa ditembus kendaraan roda empat, karena belum memiliki infrastruktur jalan yang memadai. Seperti di wilayah Kecamatan Pipikoro dan Kulawi.
Transportasi masyarakat maupun mobilisasi barang maupun orang ke wilayah yang masih terisolir tersebut, menggunakan kendaraan roda dua alias motor dengan kondisi jalan yang rusak dan sulit dilalui.
Angkutan dengan jasa ojek motor tersebut tentu terbatas, tidak efisien dan tidak efektif. Belum lagi biaya mobilisasi barang yang tinggi berdampak pada masyarakat yang harus mengeluarkan biaya besar.
Ini menjadi pekerjaan rumah sekaligus tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Sigi dalam meretas realitas keterisoliran tesebut. Tentu dengan bersinergi dengan lintas Pemerintah untuk bisa menangani secara bersama.
Pastinya butuh waktu untuk menangani realitas tersebut. Namun tidak ada yang tidak bisa selama diperjuangkan. Seiring dengan salah satu misi Pemprov Sulteng saat ini.
Yakni pembangunan infrastruktur berorientasi pada konektivitas antar wilayah dan antar sektor. Artinya ke depan bagi wilayah yang infrastruktur jalan yang belum memadai, harus menjadi perhatian serius Pemerintah, untuk terbukanya konektivitas.
Seperti di wilayah Dataran Lindu yang sudah keluar dari kondisi terisolir dengan melakukan transformasi konektivitas. Bahkan bisa menggelar event festival wisata yang dihadiri banyak pengunjung. Karena memiliki transportasi darat yang memadai.