Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Dialektika Politik Pilkada Sulteng

14 September 2020   11:42 Diperbarui: 14 September 2020   12:02 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keakraban dua Balon Gubernur Sulteng Hidayat Lamakarate dan Rusd Mastura. Doc Gas Hebat

Mungkin sudah berulangkali tersampaikan lewat berbagai medium termasuk di media sosial, bahwa kontestasi politik adalah instrumen mendapatkan Pemimpin dengan rakyat sebagai sumber kedaulatan. Adapun demokrasi adalah instrumen penyampaian pesan politik kepada rakyat yang berkaitan dengan hajat hidup mereka.

Dalam konteks tersebut, maka dalam berdemokrasi atau berkontestasi politik, ruhnya adalah penawaran politik dengan gagasan serta program sebagai patronnya. Bagaimana gagasan dan program kandidat bisa tersampaikan ke publik, maka  tugas kita sebagai pendukung mengkonsepsikan dan memframing penawaran politik dari kandidat yang didukung, ke ruang ruang publik agar pemilih menjadi tercerahkan.

Kita meyakini semua kandidat yang maju dalam kontestasi pilkada Sulteng adalah putra daerah yang terbaik dan terhebat. Sosok Rusdi Mastura, Hidayat Lamakarate, Makmun Amir dan Bartholomeus Tandigala adalah figur yang pernah memimpin daerah, punya kapasitas, kemampuan dan tentu saja kapabelitas untuk menahkodai Sulawesi Tengah.

Mereka punya gagasan, punya konsep dan tentu saja punya program  yang akan diaktualisasikan jika kelak dipilih rakyat. Mereka figur figur yang punya niat mulia membangun Provinsi Sulteng menjadi daerah yang maju dan hebat dalan konteks geopolitik Sulawesi maupun Kawasan Timur Indonesia.

Dengan latar belakang ini maka sebagai pendukung, mari kita konsepsikan kandidat kita sebaik baiknya dan sehormat hormatnya. Agar publik tahu kalau kandidat yang kita dukung punya gagasan besar, mau dikemanakan daerah Sulteng kedepan.

Karena kita yakin para kandidat pasti menghendaki kontestasi yang dihelat di Sulteng dilakukan secara terhormat dan mulia. Bukan sebaliknya, apalagi dengan cara curang. Karena adakah niat dari para kandidat untuk mencapai kemenangan dengan melakukan kecurangan. Hanya yang bersangkutan dan Sang Khalik yang tahu. Kita bisa saja berasumsi tapi menuduh jangan, jika tidak disertai bukti. 

  • Maka tidak elok rasanya saat kita mencitrakan kandidat yang akan didukung di ruang publik, namun disatu sisi kita menggerus kapasitas kandidat lain. Itu segregasi namanya bung. Apalagi mencuatkan narasi bahwa yang bisa mengalahkan kemenangan kandidat lain hanyalah lewat kecurangan. Sekali lagi tidak elok dan tidak mendasar bung.

Terlalu dini jika belum apa apa, narasi kecurangan sudah "disematkan' di kubu lain. Seolah olah sebelum voting day sudah ada pihak yang kalah. Padahal tahapan pengambilan nomor urut belum juga dimulai. Lagian kontestasi politik bukanlah ilmu matematika, tapi sebuah pertandingan. Dimana sesuatu bisa terjadi diluar perhitungan.

Maka mari kita berdialektika lewat premis dan konklusi berikut, jika kita sepakat kontestasi sebagai sebuah pertandingan. Sampel pertama kita ambil dari pertandingan sepak bola.

Premis 1 :  Kubu kita sudah unggul 3-0

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun