Shan-Yu mengangguk membalas pamitan anak muda peranakan Mongol itu, masih dengan wajah sedingin salju. Seekor walet nyaris menabrak pucuk tenda ketika Kao Ching bertabe pamit. Tidak banyak hal yang dapat ia lakukan untuk meraba kekuatan pasukan Han yang terdiri dari kumpulan rakyat jelata. Mirip dengan barbarian Mongol, pikirnya. Mereka memang menggunakan kekuatan jelata. Tinggal mana yang lebih cerdik dan memiliki strategi taktis untuk dapat merebut negeri Tionggoan yang subur. (bersambung)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!