Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Biru dari Leiden

23 Februari 2021   00:02 Diperbarui: 23 Februari 2021   01:09 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heidy sahabatku,

Cetusan keputusan yang dipilihnya memang seperti bom waktu. Dia lebih memilih memenggal perkawinan kami yang baru jalan empat atas nama seorang bayi. Anak yang tidak mungkin dapat aku berikan seumur hidup!

Dan itu kiamat!

Perselingkuhan mulai mencemari perjalanan cinta kami. Dia menyulut api prahara dengan mengikat persahabatan lebih dari sekadar pertemanan biasa dengan wanita muda berparas ayu mahasiswi hukum asal Indonesia di Leiden. Orang ketiga itu merupakan karyawan magang di kantar konsultan hukum tempat dia bekerja.

Dan ketika aku mengetahui asmara gelap itu, tidak ada hukuman dapat dijatuhkan sebagai sanksi atas perbuatannya yang bikin rontok hati itu. Yang Mulia Ratu Agnes Nathasa Rijkers seperti memafhumi perbuatan anak tunggalnya. Karena dari orang ketiga tersebut diharapkan akan lahir penerus keluarga Rijkers.

Aku terbuang seperti gembel!

Tentu saja aku memberontak. Aku tidak mau mengalah begitu saja. Minimal ada perlawanan meski aku sudah tahu pasti kalah. Hei, kenapa wa-nita selalu berada dalam posisi yang lemah? Kalau seorang pria berpoligami bahkan seratus istri pun, tidak ada cemohan yang datang seperti badai topan. Malah dianggapnya perbuatan itu sebagai sikap kesatria lelaki paling jantan sedunia. Tapi, wanita?

Aku terbelenggu. Aku seperti manekin yang harus senantiasa bersikap manis di rumah. Mengurus kucing manis dan induknya, Yang Mulia Ratu Agnes Nathasa Rijkers. Sementara Si Kucing Manis itu anteng berkeliaran mencari pasangannya yang serasi.

Aku tidak bisa berdiam diri. Aku pun membalas kelakuan Anton! Kalau dia bisa berselingkuh, kenapa aku tidak? Tapi, ternyata apa yang telah aku lakukan itu hanya menambah daftar-daftar dosaku di langit!

Aku bingung, Heidy!

Rasanya aku tidak sanggup hidup dengan beban derita seberat ini. Anton setiap hari memukuliku! Dikatainya aku wanita jalang yang tidak tahu balas budi! Dikatainya aku 'kacang yang lupa pada kulitnya'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun