Mohon tunggu...
Efendi
Efendi Mohon Tunggu... Editor - Saya adalah mantan editor di Investor Daily, suka menulis, mengikuti tren dunia bisnis, ekonomi dan perbankan.

Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia Mengamati ekonomi dan perbankan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berperilaku Cerdas, Tenang, dan Produktif, Kunci Sukses Hadapi Ketidakpastian

29 Juni 2020   23:54 Diperbarui: 30 Juni 2020   00:01 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Do and Don't di saat menghadapi ketidakpastian.

Apalagi jika melihat stabilitas sistem keuangan dan kondisi makroprudential aman terjaga hingga kini. Tengok saja, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) industri perbankan nasional per Maret 2020 masih mencapai 21,72% (Desember 2019 sebesar 23,31%), tertinggi di kawasan Asean. Rasio non performing loan/NPL alias kredit bermasalah pada periode sama juga masih rendah, yakni 2,77% berbanding dengan 2,53% pada Desember 2019. Dana pihak ketiga (DPK) perbankan juga masih tumbuh 8,08% secara year on year pada April 2020.

Cadangan devisa per Mei 2020 mencapai US$ 130,54 miliar, melonjak drastis dibandingkan posisi Maret 2020 sebesar US$ 120,96 miliar. Nilai tukar rupiah juga relatif stabil bahkan menguat 10,21% dari Maret 2020 ke April 2020.   

Kedua, tetaplah investasi. Prinsip ini tetap saya pegang, karena dengan berinvestasi, aset kita akan terus bertambah. Banyak cara berinvestasi, dengan modal kecil, sebut saja reksa dana atau membeli logam mulia 1 gram tiap bulan. Usahakan untuk selalu berinvestasi. Yang penting konsisten.

Jangan memandang horizon investasi dalam jangka pendek. Cerdas berperilaku dan cermat dalam memilih instrumen investasi yang tepat sesuai kebutuhan dan kemampuan kita adalah kunci untuk bisa sukses menghadapi ketidakpastian.

Saya juga tetap berinvestasi melalui dana Jaminan Hari Tua (JHT) yang terus dikelola oleh BP Jamsostek. Meski pada tahun 2012 saya memiliki hak untuk menarik dana JHT saya satu bulan setelah tidak kerja karena pindah kerja, saya tetap meneruskan dana tersebut. Saya tetap melihat kebutuhan investasi jangka panjang sebagai kebutuhan mutlak yang harus saya lakukan saat ini.

Alhamdullilah, keputusan saya ini tidak salah. Saldo JHT saya terus meningkat dari hanya menghasilkan investasi Rp 33.646 pada tahun 2005 menjadi Rp 98.651 tahun 2006 kemudian berturut-turut meningkat menjadi Rp 301.598, Rp 614,686, Rp 1,18 juta, Rp 1,63 juta, Rp 2,76 juta, Rp 3,61 juta, dan Rp 4,3 juta setiap tahunnya dari tahun 2009 hingga 2015. Terakhir, saya mengecek saldo JHT saya sudah di atas Rp 150 juta, hasil kerja sejak 2003 hingga 2020.

Perkembangan dana JHT pribadi
Perkembangan dana JHT pribadi

Ketiga, jadikan strategi kebutuhan jangka panjang sebagai kebutuhan saat ini. Kita tidak bisa menerka apa yang akan terjadi di masa depan. Yang jelas antisipasi harus dilakukan sedini mungkin. Salah satunya dengan memperhatikan kebutuhan masa depan apa saja yang akan kita perlukan lalu mulai mempersiapkannya sedini mungkin. Apakah itu pendidikan anak-anak, membeli rumah ketika masih lajang dan akan menikah, atau memasuki masa pensiun, dan lain sebagainya.

Keempat, tetap produktif. Pandemi Covid-19 memang mengubah segala aspek kehidupan kita sebagai manusia. Bagi saya, hal ini menuntut kita untuk semakin produktif. Menambah skill dan pengetahuan (mempelajari hal yang saya belum bisa) adalah poin penting yang saya lakukan, karena saya memiliki banyak waktu. Skill dan pengetahuan ini tentu saja akan bermanfaat pada saatnya nanti.

Kelima, tetap optimistis. Elemen ini menjadi salah satu pilar penting yang harus kita miliki, setidaknya bagi saya pribadi. Berdasarkan pengalaman, situasi ketidakpastian biasanya bersifat jangka pendek, namun terkadang 'merusak' diri kita menjadi frustrasi dan putus asa. Tentu saja sikap tetap optimistis harus diiringi dengan persiapan-persiapan dan langkah-langkah antisipasi yang sudah saya ulas sebelumnya di atas.

Don't

Bagi saya, salah satu tindakan yang harus dilakukan dalam menghadapi suasana ketidakpastian adalah jangan panik. Seberapa besar kondisi suasana ketidakpastian yang kita hadapi, bagi saya, tidak lantas membuat panik. Di awal-awal pandemi Covid-19, banyak orang yang merasakan suasana ketidakpastian, lantas bertindak panik dan irasional, dengan memborong barang-barang kebutuhan pokok, menimbun masker, hand sanitizer dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun