Mohon tunggu...
Yulius Efendi
Yulius Efendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang Menjalankan Studi

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Merdeka Belajar", Filosofi Kualitas Pendidikan

3 Agustus 2020   00:21 Diperbarui: 3 Agustus 2020   00:45 1693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam pendidikan progresivisme, peserta didik ditempatkan sebagai suatu kesatuan yang utuh, yang memandang sama pentingnya antara perkembangan emosi dan sosial dengan perkembangan intelektual, sehingga bentuk pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhannya. Progressivisme suatu gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang berpusat pada anak "child centere" sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru "teacher centered" atau bahan pelajaran "subject centered," Tujuan pendidikan secara keseluruhan adalah untuk melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai pekerjaan, dan bekerja dengan otak dan hati. Pendidikan berpusat pada anak, maka anak adalah unik karena memiliki harkat dan martabat dalam pendidikan. Dewey (1915) berpendapat bahwa 'perubahan' dan 'ketidaktepatan' merupakan esensi dari realitas, dalam arti pendidikan selalu dalam proses pengembangan, penekanannya adalah perkembangan individu, masyarakat dan kebudayaan.

Pendidikan harus siap memperbaharui metode, kebijaksanaannya, berhubungan dengan perkembangan sains dan teknologi, serta perubahan lingkungan. Kemudian kaum progresif sepakat dengan pandangan Dewey bahwa untuk menekankan pengalaman indera, belajar sambil bekekja, dan mengembangkan intelegensi, sehingga anak dapat menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Esensi yang terkandung dalam filsafat progressisme menurut Brubacher (1962:312) "Progress is naturalistic; it implies change. Change implies novelty. And novelty lay's claim to being genuine rather than the rvolution of an anlecedently complt reality". Progesif (berkembang maju) adalah sifat alamiah, kodrati dan itu berarti perubahan. Dan perubahan berarti suatu yang baru. Sesuatu yang baru sungguh-sungguh merupakan keadaan yang nyata dan bukan sekedar pengertian atas realita yang sebelumnya memang sudah demikian. Model pendidikan romantik berasal dari pemikiran Jean Jacques Rousseau, yang memandang bahwa pendidikan sebagai suatu proses alamiah dan individual berupa usaha pengembangan kemampuan peserta didik melalui intensitas interaksi dengan lingkungan. Dalam pandangan model pendidikan ini, pengalaman peserta didik dianggap sebagai guru terbaik, sehingga menempatkan peserta didik untuk giat belajar mandiri dan bebas mengembangkan keingintahuannya. Teori teknologi pendidikan dalam perspektif pendidikan dipandang berperan bagi proses transmisi informasi dalam bentuk informasi teknologi dan pengetahuan. Arah pendidikan lebih menekankan pada masa kini dan masa depan, sehingga implikasinya menempatkan pengalaman sebagai hal yang selalu berubah selaras dengan perkembangan dan waktu. Dengan demikian, teori ini lebih mengutamakan proses empiris yang senantiasa mendasarkan pada kepastian dan efisiensi. Akibatnya, yang dikembangkan dalam proses pendidikan adalah keterampilan yang mengarah kepada kompetensi vokasional peserta didik.

Dalam perspektif teori pendidikan interaksional, pendidikan dipandang sebagai suatu interaksi dua pihak antara peserta didik dengan pendidik secara timbal balik, interaksi dengan bahan ajar, lingkungan dan dengan lainnya secara dialogis. Rekonstruksionisme berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan manusia harus menyesuaikan diri terhadap masyarakat teknologi, apa yang diperlukan masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata dunia baru (Brameld, 1965:28). Demikian pula kedudukan filsafat, pendidikan dan kurikulum diarahkan pada sekolah sebagai agen perubahan sosial (Counts: 1956), sekolah akan betul-betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, membasmi kemelaratan, peperangan dan kesukuan (rasialisme). Pendidikan dapat menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan rekonstruksi sosial.

Dalam pandangan rekonstruksionisme tentang pendidikan dan kurikulum terdapat upaya untuk 'shaping the future' dan bukan hanya 'adjusting, mending or reconstructing the existing conditions of the life of community\ seperti dikemukakan oleh McNeil (1977:19): Social reconstructionists are opposed to the notion that the curriculum shoul help students adjusts or fit the existing society. Instead, they conceive of curriculum as a vehicle for fostering critical discontent and for equipping learners with the skills needed for conceiving new goals and affecting social change. Manusia, pendidikan dan pengetahuan menurut pandangan ahli pendidikan bahwa rekonstruksionisme adalah: Knowledge is constructed by humans. Knowledge is not a set of facts, concepts, or laws waiting to be discovered. It is not something that exists independent of knower. Humans create or construct knowledge as they attempt to bring meaning to their experience. Everything that we know, we have made. (Zahorik, 1995; Nurhadi, 2004: 45). Ilmu/Pengetahuan dibangun oleh manusia, Ilmu/pengetahuan bukan serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang menunggu untuk ditemukan. Bukan sesuatu yang langsung ada oleh si penemu. Manusialah yang menciptakan dan membangun ilmu/pengetahuan sebagaimana mereka ujicobakan menjadi bermakna melalui pengalaman meraka. Sesuatu yang mereka ketahui, dibuat oleh mereka. Ilmu/pengetahuan dibangun, dimaknai dan digunakan dari manusia, oleh manusia, untuk manusia, manusia yang memegang peranan utama dalam ilmu/pengatahuan itu sendiri. Pendapat di atas berkaitan dengan teori pendidikan pribadi (personalized education) memandang bahwa yang menjadi perhatian utama dalam pendidikan adalah peserta didik.

Proses pendidikan dalam pandangan ini mendasarkan pada asumsi bahwa setiap anak telah memiliki potensi untuk belajar berbuat dan memecahkan suatu masalah serta berkembang secara alamiah sejak dilahirkan. Dengan demikian, fungsi pendidikan yang utama adalah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kebutuhan belajar peserta didik menuju ke arah yang lebih baik. Aliran pendidikan ini adalah progressivisme dan romantik. Pandangan Dewey berkaitan dengan model teori pendidikan yang dibangun memerlukan land asan filosofi pendidikan untuk memperkuat proses pendidikan, yakni (1) untuk membangun 'intellegent reflective thinking' yaitu progressivisme (dan romantik), (2) untuk mempribadikan pengalaman kebudayaan yaitu essensialisme, (3) untuk menentukan tujuan pendidikan berdasarkan tatanan nilai yaitu perrensialisme dan (4) untuk membangun ketiga landasan filsafat tersebut diperlukan rekonstruksionisme dalam membangun kebermaknaan pendidikan pada peserta didik dan proses pendidikan. Pendapat yang sama dikatakan Brameld (1965:25) The terms that are frequently applied to these major views are (I) essensialism, which is the educational philosophy concerned chiefly with the consevation of culture; (2) perrenialism, which centers its attention in the kind of educational guidence provided by the classical thought of ancient Greece and medieval Europe; (3) progressivism, which is the philosophy of liberal, experimental education; and (4) recontructionism, which believes that the contemporary crisis can be effectively attacked only by a radical educational policy and program ofaction. Dasar filosofis rekonstruksionisme bersumber dari pragmatisme dan dasar pemikiran kaum Neo-positivisme. Senada pendapat Dewey (1958:267-269) bahwa Pragmatisme yang menganggap kenyataan sebagai dunia pengalaman, yang diperoleh melalui pendnaan, yang kebenarannya terkandung pada kegunaannya dalam masyarakat; Neo-positivisme adalah humanisme ilmiah, yang menghargai harkat dan martabat manusia, dan mempunyai keyakinan teguh bahwa ilmu dapat dipergunakan untuk membangun masyarakat masa depan.

Sintesa filsafat pendidikan progressivisme, essensialisme, perennialisme menghasilkan filsafat rekonstruksionisme atau "A Restructured Philosophy of Education" landasan filosofi pendidikan yang diperlukan dalam membangun paradigma pendidikan pada umumnya, dan khususnya paradigma model PKn berbasis nilai ini. Hal ini memiliki beberapa alasan, yakni 1) mengambil kebaikan dari berbagai filsafat pendidikan dari manapun asalnya; 2) menempatkan kebudayaan nasional yang dilandasi keimanan (sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional UU no 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3); 3) menjadi ide sentral pembangunan pendidikan; 4) menjadi suatu nilai filsafat "A Philosophy ofValue"; 5) dapat menjadi CiA Philosophy of emis". Brameld (1965:28) mengungkapkan pendapatnya tentang keunggulan kedudukan filosofi rekonstruksionisme berkaitan dengan "A Philosophy ofValue" atau suatu nilai dalam filsafat dan "A Philosophy of Crisis" atau suatu kiris dalam filsafat melalui rangkaian kesatuan budaya dalam gambar sebagai berikut:

---Reconstruc------Progress--- ->~ ---Essential----^---

Gambar ini menjelaskan bahwa filosofi essensialisme dan perrenialisme merupakan perpindahan yang utama dalam kontinum budaya menuju filosofi progressivisme dan rekonstruksionisme merupakan inovator, rekonstruksionisme merupakan filosofi yang membangun masa depan pendidikan melalui keunggulan filosofi perrenialisme, essensialisme dan progressivisme. Power (1982:171) mengemukakan aliran filsafat rekonstruksionisme implikasi pendidikannya sebagai berikut: 1) Tema: pendidikan merupakan usaha sosial, misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial; 2) Tujuan pendidikan: bertanggungjawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk; 3) kurikulum: tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum; 4) kedudukan siswa: nilainilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.

Keluhuran dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya; 5) Metode: sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by doing), 6) Peranan guru: harus menunjukkan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat. Paradigma rekonstruksionisme yang dipelopori oleh John Dewey, memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat. Perkembangan lebih lanjut dari 'rekonstruksionalisme radikal', yang memandang pendidikan sebagai alat untuk membangun masyarakat masa depan, melalui pembelajaran hal ini sesuai dengan kepentingan pembangunan bangsa dan negara serta sesuai dengan kehendak dan cita-cita bangsa. Berkaitan dengan pendidikan sebagai alat untuk membangun masyarakatmasa depan serta kepentingan pembangunan bangsa dan negara, bagi bangsa Indonesia telah memiliki pandangan hidup yang dianut  sebagai filosofi bangsadan dinamika sistem nilai atau budaya 'Pancasila', yang menjadi falsafah kenegaraan, yaitu bagian dari falsafah politik, lebih luas lagi mengenai sifat hakiki, asal mula dan nilai dari negara Negara dan manusia di dalamnya dianggap sebagai bagian dari alam semesta Filosofi Pancasila sebagai soko guru kegiatan dasar manusia, merupakan dasar negara dalam sistem kenegaraan Indonesia Dasar falsafah negara yangpaling sesuai dengan kondisi dan berakar pada kehidupan bangsa Indonesia yang pada hakikatnya mengandung pa

 

SUMBER BACAAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun