Aku claim itu sebagai sebuah apresiasi dan pujian tulus atas pekerjaanku. Dalam hati bahagia luar biasa!
Perempuan yang dulunya boro-boro mau pegang peralatan make up baru saja mendapatkan pujian  dari pemilik project film pendek ini soal kepiawaian tangannya dalam merias orang lain.
2. Make up film berbeda dengan make up sehari-hari
Sebagai pengalaman pertama, aku memang cukup kelimpungan dan terus berusaha membaca situasi dan beradaptasi dengan kondisi.
Aku ingat betul, Ahmad Humaidy yang kala itu bertugas sebagai Asisten Sutradara bilang bahwa make up pemeran film itu harus jauh lebih bold daripada make up harian. Kalau dibikin tipis, justeru di kamera hasilnya kurang bagus.
Aku ngga pikir dua kali, aku pertebal lagi make up talent yang ada di hadapanku sambil terus menimbang-nimbang cukup atau tidaknya ketebalan make up yang kupulas.
Ini penting, bold di kamera tapi jangan sampai terlihat seperti topeng juga di wajah talentnya.
Kenapa menimbang-nimbang?
Karena semua orang punya tugas masing-masing di tempatnya masing-masing.
Kebetulan, tempat MUA beserta para talent untuk bersiap itu sedikit terpisah. Sebisa mungkin di ruang yang nyaman agar talent juga nyaman selama proses make up berlangsung.
Jadi memang setiap pulasannya penting dipertimbangkan matang-matang.