Pintu itu tergedor dengan sendirinya. Cepat, berulang, dan lama. Kami saling pandang. Melemparkan tanya melalui tatapan. Ingin mengintip lewat jendela, tapi hati tak begitu berani.
Aku memberanikan diri melihat ke jendela kaca itu. Memaksa hati dan keberanianmu membuka pintu. Memang, sore itu angin berembus cukup kencang.
Menghindari ketakutan, kami mengangkat lemari sepatu dan memindahkannya tepat di depan pintu agar tak terjadi lagi hal yang sama.
Tak berapa lama, setelah kami meninggalkan kamar 312 itu, deras  beredar pranala yang memberitakan adanya gempa dengan kekuatan 7,4 SR berpusat di Banten.
Aku menyadari, tidak ada yang menyeramkan ternyata di kamar itu, hanya alam saja yang sedang sedikit sakit. Semoga Indonesia selalu dalam lindungan Tuhan.