Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Suhul" dan Radio Tetangga Pembawa Berita

28 Juni 2017   12:53 Diperbarui: 28 Juni 2017   12:57 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.kanalaceh.com

Saya sampai harus berdebat dulu dengan orang tua hanya untuk menghalangi mereka pergi memeriksa padinya. Sampai-sampai keluar kalimat “Percuma saya disekolahkan tinggi-tinggi kalau Bapak sama Mamak saja tidak mau dengarin apa yang saya bilang. Ilmu yang saya peroleh dari hasil kerja keras Bapak dan Mamak sama sekali tidak dihargai. Saya masih butuh kalian berdua.” Sampai nangis-nangis. Tidak percuma sih, karena akhirnya kedua orang tua saya membatalkan rencananya untuk memeriksa perkembangan padi di sawahnya.

Peranan Radio Dalam Membangun Budaya Sadar Bencana

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui berbagai media sosialnya, terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan budaya siaga bencana dalam meminimalisir risiko bencana alam. Selain menggunakan media sosial, radio merupakan salah satu media yang digunakan BNPB sebagai wadah sosialisasi siaga bencana kepada masyarakat. BNPB bahkan merilis sandiwara radio “Asmara di Tengah Bencana 2” sebagai bentuk edukasi dan sosialisasi.

Saya pikir kerja sama BNPB dengan radio telah melakukan perannya untuk meningkatkan kesiagaan terhadap bencana kepada seluruh masyarakat yang mendapatkan jaringannya. Sederhana saja, saya sebagai pendengar bisa mendapatkan perkiraan cuaca setiap harinya dari radio. Perkiraan cuaca yang didengar dari radio membantu masyarakat untuk terus siaga dan berjaga-jaga. Membawa payung pada saat perkiraan cuaca akan hujan misalnya. Atau mungkin tidak keluar rumah jika kondisi hujan memang diperkirakan sangat parah.

Keputusan BNPB untuk menggunakan radio sebagai wadah sosialisasi merupakan hal yang sangat tepat untuk dilakukan, mengingat mudahnya masyarakat terkoneksi dengan radio dimanapun berada melalui smartphone yang dimiliki. Semakin banyak sosialisasi yang dilakukan BNPB, semakin tinggi pula keberhasilan BNPB dalam meminimalisir risiko bencana.

Masih jelas dalam ingatan aksi bom yang terjadi di Sarinah Thamrin Januari 2016 lalu. Saat itu saya sedang berada di kantor dan memang kebiasaan saat lagi di ruang kerja adalah memasang radio dengan suara seadanya untuk mendengar update lagu-lagu terbaru dan mengetahui berita-berita di luar seputar berbagai hal.

Sumber foto: tempo.co
Sumber foto: tempo.co
Sampai akhirnya muncul berita adanya bom di Sarinah Thamrin. Saya langsung tanyakan pada teman saya terkait kebenaran berita tersebut karena kebetulan teman saya juga bekerja di salah satu perusahaan di seputaran Thamrin. Benar saja, teman saya mengamini berita itu. Suaranya bahkan terdengar panik. Tak ingin menambah korban, atapun uji nyali, sebulan penuh saya tidak menginjakkan kaki ke daerah Thamrin sampai saya yakin betul kondisi sudah aman kembali.

Perhatikan khalayak yang berkumpul di TKP! Ngapain coba itu? Petugas keamanan sudah ada. Wartawan sudah ada. Lalu untuk apa mereka di sana? Mau jadi wartawan dadakan juga? Kepo? Please deh ya, kepo juga harus pada tempatnya! Kepo kalau buat nambah-nambahin korban untuk apa? Malah makin bikin repot petugaskan? 

Satu lagi, tolong disingkirin pemikiran bahwa TKP merupakan lokasi yang tepat buat teman-teman dan saudara-saudara tercinta sekalian untuk berselfia ria karena beranggapan sangat instagramable dan demi love-love di sosial media. Aduh. Sangat tidak etis! Kalau mau jadi orang yang sangat up to date tentang berita apapun, tidak harus dengan menyodorkan diri ke lokasi yang jelas-jelas membahayakan! 

Jadilah Bagian Dari BNPB dalam Meminimalisir Risiko Bencana!

Tahun 2016 lalu, saya mendapat pelatihan bagaimana api bisa menjadi teman dan bagaimana dia bisa menjadi lawan. Apa yang harus dilakukan jika berada di gedung bertingkat saat berhadapan dengan kobaran api untuk menyelamatkan diri. Hasil pelatihan ini pun saya rangkum dalam bentuk tulisan untuk berbagi dengan teman-teman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun