Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

“Kekinian” Bukan Berarti Foya-foya, Bagaimana Masa Depanmu?

17 April 2016   02:44 Diperbarui: 17 April 2016   02:55 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

è Belanja juga bisa menjadi salah satu metode yang paling tepat untuk terhidar dari bosan ketika di rumah tidak ada aktivitas. Menikmati berbagai jenis fashion terbaru merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghibur diri bagi beberapa konsumen khususnya wanita. Menikmati dengan cara ini tentu saja tidak salah selama masih bisa menahan diri untuk tidak membeli semua barang yang menurutnya bagus.

5.       Konsumerisme

è Bagi beberapa orang, belanja merupakan keharusan yang tidak bisa tidak dilakukan dan dilakukan secara sadar tidak peduli produk yang bersangkutan dibutuhkan atau tidak. Perlu atau tidak. Berguna atau tidak, yang penting belanja.

Perlu diakui, berbelanja memang menjadi salah satu metode untuk mempercantik dan menghibur diri, sayangnya kontrol diri terhadap pola hidup “kekinian” akan memberikan dampak buruk terhadap kondisi keuangan. Alasan-alasan gaya hidup kekinian ini jugalah yang menjadi alasan utama menggerogoti kehidupan 8 bulan pertama setelah pertama kali bekerja.

Bagi fresh graduate seperti saya, mendapatkan pekerjaan merupakan salah satu kebanggaan yang saat itu sampai berpikir orang-orang harus tahu kalau saya sudah bekerja. Terutama teman satu jurusan yang pada waktu kuliah sering sekali menyepelekan kemampuan saya.

Perubahan demi perubahan mulai terlihat. Dari rambut, gaya berbusana, penampilan, make up, tempat nongkrong, film di bioskop yang hampir tiap minggu dikunjungi, beberapa buku penunjang kerja yang hingga saat ini belum usai dibaca dan masih banyak lagi contoh real yang menjadi dalang kekosongan tabungan saya sendiri hanya demi gaya hidup kekinian dan update “kece” ala-ala sosial media anak-anak muda. Demi komentar-komentar yang melambungkan diri sesaat lalu lenyap esok lusa. Tidak sama sekali berpikir tentang bagaimana kehidupan setelah foya-foya demi kekinian ini?


Gaya hidup yang seperti ini berlangsung hingga bulan ke delapan setelah saya bekerja. Minggu ketiga biasanya saya sendiri sudah mulai kesulitan mengatur jalannya keuangan termasuk untuk urusan perut. Lambat laun nasihat demi nasihat dari Mama yang rutin mengingatkan saya untuk menabung merasuki pikiran.

“Hanya untuk itu kah kamu menghabiskan gaji sebulan? Lalu apa yang kamu dapat? Mereka memujimu? Iya sesaat, lalu? Gajimu habis dan kamu bingung harus bagaimana selanjutnya. Mau minta dari orangtua? Dimana rasa malumu? Kamu memberi pada mereka setiap awal bulan lalu memintanya kembali setelah akhir bulan, begitukah?” Berbagai pertanyaan muncul dalam benak. Hingga akhirnya kedewasaan itu muncul dengan sendirinya demi tabungan dan hidup yang berkelanjutan. Evaluasi diri!

Tanggal satu tepat di bulan ke sembilan bekerja, saya mulai mengatur keuangan saya sendiri dan menolak untuk diatur oleh uang. Caranya?

1.       List belanja

à Saya mulai mengisi kost an saya dengan alat pemasak nasi kecil, kompor portable, mini gas, wajan kecil dan sendok goreng mini, satu piring, 2 sendok makan, 1 garpu, beras (Cukup hanya beli lauk  dan sayur saja di luar untuk menambahkan telur yang sudah disiapkan sebelumnya dari kost. Jangan pernah malu untuk membawa bekal), telur, saos, kecap, sabun mandi, shamphoo, pasta gigi, sikat gigi, detergen (yang sudah  termasuk pewangi di dalamnya dan ada bonus piring), buah untuk dua-tiga hari serta beberapa cemilan kecil untuk menghilangkan bosan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun