Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menyoal Kepatutan FPI dan Gelisahnya Publik

12 Mei 2019   07:53 Diperbarui: 12 Mei 2019   08:04 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rizieq Shihab, pimpinan FPI. Foto | VOA Indonesia

Di lain kesempatan, Joni membuat gaduh. Kursi ibu guru ditempeli permen karet. Lantaran lengketnya kuat, rok yang dikenakan ibu guru koyak ketika kursi itu didudukinya. Pakaian dalam ibu guru sempat terlihat para murid. Sang ibu guru menangis.

**

Cerita anak nakal di dalam kelas dan manja terharap orang tuanya sendiri bisa jadi sebagai potret perilaku organisasi kemasyarakatan (Ormas) dalam suatu negara. Sebut saja organisasi itu Front Pembela Islam (FPI) yang selalu menyedot perhatian publik.

Sama dengan cerita Joni di dalam kelas, ketika terjadi kekerasan beraroma Islam, sudah terbentuk stigma bahwa itu adalah pelakunya laskar FPI.

Sama dengan cerita Joni tadi, ketika ia berbuat salah tidak ada rekannya yang berteriak menyebut pelakunya Joni. Demikian juga ketika terjadi penyerbuan brutal terhadap sebuah bar atau diskotik, hanya sedikit warga bersuara mengeluarkan pernyataan mengutuk.

Intinya, mereka takut bersuara.

**

FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (atau 24 Rabiuts Tsani 1419 H) di halaman Pondok Pesantren Al Um, Kampung Utan, Ciputat, di Selatan Jakarta oleh sejumlah Habaib, Ulama, Mubaligh dan Aktivis Muslim dan disaksikan ratusan santri yang berasal dari daerah Jabotabek.

Om Wikipedia menyebut bahwa pendirian organisasi ini hanya empat bulan setelah Presiden Soeharto lengser dari jabatannya. Ketika Orde Baru, mana berani mereka unjuk 'gigi'. Sebab, Presiden  Soeharto tidak mentoleransi tindakan ekstrimis dalam bentuk apapun. FPI berdiri dengan tujuan untuk menegakkan hukum Islam di negara sekuler.

FPI di era reformasi makin populer. Ormas ini mengusung pandangan Islamisme konservatif, punya  basis massa yang signifikan dan menjadi motor di balik beberapa aksi pergerakan Islam di Indonesia, seperti Aksi 2 Desember pada 2016.

Menyaksikan sepak-terjang anggota Ormas ini sungguh menakutkan. Polisi pun sepertinya tak punya "daya" ketika menghadapi laskar FPI. Seolah dibuat kelimpungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun