Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Sisi Kesehatan, Pengendalian Diri Kunci Sukses Berpuasa

7 Mei 2019   05:04 Diperbarui: 7 Mei 2019   05:53 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Anak-anak yatim tengah berbuka puasa bersama. Foto | Yourbandung,com

Ketika masih kecil, puasa Ramadan dijadikan ajang balas dendam. Iya, namanya juga masih bocah. Dulu, penulis kala hendak berbuka puasa duduk ngariung bersama kakak dan adik di meja yang sudah tersaji beragam makanan.

Di situ ada kolak, gorengan, lemper hingga makanan basah terbungkus dari daun pisang tersaji. Di antara anak-anak yang ngariung itu terlontar celoteh, saya mau makan kolak duluan. Lalu sang adik mengatakan, ingin makan kue pisang dulu. Disusul sang kakak, mau minum teh manis lalu disusul es kelapa muda.

Wuih. Sudah saling ngincer makanan. Sementara sang ibu dari dapur terus memantau tingkah laku anak-anaknya. Ibu merasa bangga anak-anaknya ikut puasa meski dari sisi ketentuan ibadah belum tergolong wajib lantaran usianya masih di bawah 10 tahunan.

Pikiran anak dalam berpuasa masih sebatas menahan lapar dan haus.  Setelah berbuka puasa, santap sekenyangnya.

"Serbu. Sikat dan habiskan," begitulah ucapan yang meluncur ketika suara azan terdengar melalui radio.

"Eittt. Nanti dulu. Sabar. Kakak harus pimpin baca doa buka puasa," begitu pinta ibu saat berbuka puasa. Suasana Ramadan penuh ceria.

Ramadan dan bulan-bulan lainnya memang terasa berbeda. Ini bisa dirasakan jika kita simak pada kisah samberthr dan thr2019hari2. 

Tapi, jangan dikira, kelakuan para bocah itu sesungguhnya juga terjadi ketika berlangsung acara buka puasa bersama. Di antara para undangan, para bapak dan ibu, terlihat matanya sudah jelalatan dan tertuju pada suguhan makanan yang tersaji di atas meja.

Orang Indonesia, ketika berlangsung acara buka puasa, entah itu di lingkungan Kementerian atau Badan Usaha, paling banyak mengincar menu makanan khas Arab. Ya, nasi kebuli dengan kambingnya. Begitu suara azan terdengar, tanpa aba-aba, cepat-cepat "menyerbu" makanan khas Timur Tengah itu.

Hahaha. Lezatnya, meski disadari daging kambing yang dikonsumsi secara berlebihan saat berbuka puasa mengandung resiko bagi kesehatan. Nah, biasanya, para penggemar masakan ini punya penangkalnya. Yaitu, mengonsumsi nanas dalam jumlah yang cukup sebagai penetral dari pengaruh daging kambing tadi.

Entah hal ini benar atau tidak, atau sekedar mitos, tetapi hal itu sudah sering terdengar. Pokoknya, nikmati daging kambing dulu meski saat itu tak ada buah nanas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun