Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Hindari Politik "Bakar Hati" Rakyat

16 Oktober 2018   07:04 Diperbarui: 16 Oktober 2018   21:31 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi, demo yang diawali tersulutnya hati yang memanas. Foto | Tribun Jaeng

Di Amerika Serikat (AS) ada kisah begini. Seorang gadis cantik sedang berjalan seorang diri, tiba-tiba disergap sejumlah pemuda brandalan bau alkohol. Lalu, tasnya direbut, dompetnya diambil, perhiasannya dipreteli, dan rame-rame mau perkosa.

Bagai cerita dalam film koboy, entah dari mana asal-usulnya, tiba-tiba datang seorang pemuda ganteng, berbadan aletis, kekar. Bahasa Betawi kira-kira sterek, dan gempal lalu menghajar para pemuda brandalan itu. Ada di antaranya bonyok muka dan 'ngacir' tunggang langgang.

Usai menghajar pemuda yang biasa 'nongkrong' di tepi jalan kumuh itu, sang pemuda ganteng tadi dengan wajah simpatik menghampiri gadis cantik teranianya tadi. Dan, si pemuda lalu memberinya minum, menghibur dan mendampinginya, sampai keadaan menjadi normal kembali. Wajah si gadis yang kusut masai secara bertahap mulai sirna.

Si gadis pun merasa tenang karena para berandalan telah 'ngacir'. Hati si gadis merasa tenang. Mengapa? Tentu dong, karena ia yang semula nyaris kehilangan asa itu, kini dirinya dapat perlindungan.

Jika kita mengalami kejadian itu, maka ia akan bersujud syukur penuh terima kasih. Lalu, di benak muncul pikiran yang menganggap pemuda itu adalah pahlawan bagi dirinya (ehem-ehem).

Boleh jadi jika sang pemuda belum punya calon dapat dijadikan sebagai pendamping hidupnya.

Sungguh, nyatanya si gadis ternyata tertipu. Perkelahian si pemuda dengan para begundel tadi adalah settingan. Sudah diatur sedemikian rupa. Bejatnya lagi, yang mengatur itu semua si pemuda ganteng.

**

Di sebuah provinsi - tak perlu disebut namanya - disebarkan isu SARA. Saat itu tengah hangat perbedaan paham dengan dilatarbelakangi sentimen etnis. Perbedaan budaya dijadikan titik lemah untuk memperkeruh, dan suasana panas di berbagai kabupaten dan kota tidak dapat dihindari lagi.

Diceritakan, suku anu tak punya lahan pertanian tetapi sehari-hari terlihat mengeringkan kopi dalam jumlah besar. Darimana kopi itu datangnya jika bukan hasil curian.

Demikian stigma yang dibangun. Lalu, oleh suku sebelah disebut, lahan orang kafir boleh diambil. Sebab, semua ini milik Tuhan. Apa yang ada di bumi dan dilangit Tuhan yang mengatur. Jadi, sah mengambil kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun