Kata orang bule, teknis merebut hati rakyat seperti itu disebut Firehose at Falsehood. Laman pintar politik mengungkap kasus 'ngibul' Ratna Sarumpaet menjadi masif karena dibarengi oleh reaksi keras Prabowo Subianto.
Lantas ucapan cawapres 02 itu  cepat menyebar. Prabowo mengangkat dongeng Ratna  yang disebut sebagai "pelanggaran HAM berat". Pernyataan itu menguatkan para pelaku mesin politik koalisinya sebagai momentum merebut hati publik.
Apa yang terjadi. Setelah pernyataan Prabowo pada jumpa pers itu, Â Ratna mengklarifikasi kondisi dirinya. Ia meminta maaf bahwa berita dirinya telah dipukuli adalah bohong. Ia mengaku telah melakukan operasi plastik dan sedot lemak di wajahnya.
Lalu, Prabowo turut meminta maaf ke publik. Pernyataan Kubu 02 itu juga disertai sindiran kepada pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) -- yang jadi lawan politik Prabowo dalam Pilpres 2019 -- Â dengan menyebut bahwa Jokowi sendiri sering memproduksi kebohongan.
Menurut penulis, bisa jadi, kebohongan Ratna jika tidak terungkap polisi akan dijadikan alat untuk menyerang Jokowi habis-habisan. Pasalnya, kampanye melalui berita rekayasa, hoax, fitnah dan tipu daya masih efektif dengan didukung rasa ketakutan warga.
Terlebih, ongkos kampanye melalui cara seperti itu ke depannya akan lebih murah. Sebab, para juru pemenangan dan tim sukses tak perlu kerja keras. Tinggal 'mengeraskan suara' sambil menyerang hingga suasana "panas" dan "gaduh" terjadi.
Setelah itu, muncul pernyataan: "Nah, betul, kan!"
**
Rekan saya di AS, Sri Maharani Solat mengabarkan bahwa tehnik-tehnik tersebut sejatinya tidak jauh dari kisah di atas tadi.  Mereka membikin suasana jadi  ruwet, seruwet-ruwetnya, syukur-syukur  "terbakar," . Setelah itu,  rame-rame, - seperti pahlawan "kesiangan" - memadamkannya.
Karena itu, tidak berlebihan banyak di antara elite politik di kubu 02 di berbagai kesempatan menyuarakan: Â Â
- Indonesia akan bubar,