Belum lama ini penulis menelusuri Jalan Jaksa. Dari ujung utara, tepatnya Jalan Kebon Sirih menelusuri jalan kira-kira 400 meter sampai ke perapatan Jalan KH Â Wahid Hasyim di bagian selatan. Wilayah wisata yang berada di Kelurahan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, itu kini mulai nampak perubahan fisik berupa bangunan dari beberapa tahun silam.
Jika dulu banyak dijumpai bangunan kecil dan kafe 'ala murahan' Â sesuai dengan ukuran kantong para backpacker, sekarang nampaknya mengubah konsep mengintip pangsa pasar turis berkantong tebal.
Wilayah wisata di tengah kota Jakarta Pusat itu memang sedari dulu terkenal bagi para turis mancanegara yang ingin menikmati pesona malam Jakarta dengan ukuran saku murah. Namun dengan menyaksikan adanya bangunan diperuntukan kafe untuk wisatawan, maka tentunya sasaran atau targetnya tidak lagi untuk ukuran warga bule 'kere'.
"Ramai lah sekarang," kata serorang warga yang tak mau disebut jati dirinya.
Tepat, jika ada seorang pengamat wisatawan menyebut bahwa beberapa tahun terakhir para  backpacker tidak lagi menjadikan Jalan Jaksa sebagai primadona. Restoran dan kafe murah mulai menghilang.  Kalau pun ada itu hanya beberapa Hostel yang menetapkan tarif murah, kisaran Rp200 ribu sampai Rp250 ribu per malam.
Sekarang mulai sepi. "Bule nggak lagi berminat kaya' tempo dulu," kata Isah, seorang warga yang tiap hari wara-wiri di lokasi itu dengan logat Bahasa Betawi.
Nama jalan Jaksa sudah ada sejak zaman kolonial. Nama ini berawal dari seorang mahasiswa Rechts Hogeschool Batavia (Akademi Hukum Jakarta) menetap di daerah ini ketika sedang menuntut ilmu di sana. Karena itu jalan ini dikenal sebagai Jalan Jaksa.
Jalan ini terus mengalami perkembangan, banyak hostel dan tercatat di berbagai buku panduan perjalanan terkenal seperti Lonely Planet. Jalan Jaksa kemudian menjadi titik transit untuk menjelajah seluruh Indonesia dan secara resmi ditetapkan sebagai kawasan pariwisata oleh dewan kota Jakarta.
Setiap tahun, Pemda DKI memang menggelar festival Jalan Jaksa dengan maksud menarik minat dan rasa ingin tahu masyarakat untuk berkunjung ke ruas jalan yang terkenal dengan deret penginapan dan tempat makan murah untuk turis itu.