Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Ruh" Yasser Arafat dalam Aksi 1712

16 Desember 2017   10:42 Diperbarui: 16 Desember 2017   10:44 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku bersama patung Yasser Arafat di Yogyakarta. Foto | Dokpri

Kupandangi patung Yasser Arafat. Lama kutatap. Dengan bodoh kutanya, jelas saja sang patung tidak menjawab. Tapi, hati tetap saja penasaran. Kuulangi. Kutanya lagi dengan didahului kalimat Assalamualaikum dengan harapan dapat merekatkan ukhuwah Islamiyyah, antara sang komunikator diriku ini dan komunikannya sang patung itu. Tapi, dasar si bodoh diri ini, makin jelas, tidak ada jawaban sama sekali.

Peristiwa setahun lalu itu terjadi di XT Square, Jl. Veteran, Pandeyan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di De Arca Statue Museum Yogyakarta, tiba-tiba diri ini seperti punya ketertarikan tersendiri dengan patung Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) itu.

Bagiku, patung Yasser Arafat seolah punya "magnit", daya tarik dan karismatik. Dan, tatkala kuucapkan salam, ia memang tak memberi jawaban. Namun jawaban itu seolah muncul dari dalam hati diriku sendiri. Suara hatiku seolah mewakili diri Yasser Arafat. Ku merenung sesaat. Kusadari otak dan hati secara fisik letaknya terpisah. Otak di bagian kepala dan hati di bagian wilayah badan. Namun antara suara hati saat itu seolah bersahut-sahutan berdialog.

Sulit rasanya suara hati dapat dilukiskan. Apa lagi dipaparkan dengan untaian kata. Ibarat orang bermimpi, ia telah melihat atau merasakan dan mengalami berbagai peristiwa demikian lama. Padahal waktunya demikian singkat. Dan apa yang diimpikan itu, mana bagian awal, akhir dan detil peristiwanya sulit diungkap. Paling yang mampu diceritakan adalah garis besarnya saja.

Begitulah ketika kudekati patung Yaser Arafat saat itu. Satu hal yang kuat kuingat adalah rasa gemuruh di dada.

Yasser Arafat atau dengan nama lengkap Mohammed Yasser Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa, menurut catatan Om Wikipedia, lahir 24 Agustus 1929 . Ia wafat pada 11 November 2004 pada usia 75 tahun. Selain Ketua PLO, Arafat juga  Presiden Otoritas Nasional Palestina (PNA), pemimpin partai politik dan mantan pasukan milisi Fatah, yang ia dirikan pada tahun 1959.

Sedikit mengenang perjuangan Arafat, pria kelahiran Kairo, Mesir itu adalah pejuang yang dicintai warga Palestina. Sepanjang hidupnya didermabaktikan bagi Palestina. Karena itu, tak heran, ia menjadi target nomor 'wahid' Israel, khususnya pada 1978 dan 1982. Arafat dan gerakannya beroperasi dari beberapa negara Arab.

Arafat juga terlibat dalam  perundingan dengan Israel untuk mengakhiri konflik. Seperti  di Madrid 1991, Perjanjian Oslo, dan pertemuan di Camp David pada tahun 2000.  Pada  11 November 2004, Yasser Arafat wafat dalam usia 75 tahun, setelah diisolasi secara efektif oleh tentara Israel di rumahnya sendiri di Ramallah. Penyebab penyakit dan kematiannya masih menjadi bahan perdebatan hingga kini.

Dan kini, masyarakat Muslim Indonesia masih ingat akan sepak terjang Yasser Arafat dalam membela hak-hak bangsa Palestina. Yasser Arafat memang adalah tokoh - sekaligus "segala-galanya" -- bagi Palestina. Andai saja ia masih hidup, bisa jadi Yasser Arafat berada pada barisan terdepan memanggul senjata dalam menentang Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebutkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Arafat, seingat penulis, kerap membawa pistol di pinggangnya kala bepergian. Ia nampak berwibawa. Boleh jadi, dengan kewibawaannya itu, andai ia masih hidup, Donald Trump tak berani membuat pernyataan Yerusalem sebagai ibukota Israel seperti yang disebut pada pidatonya di Gedung Putih, Rabu (06/12/2017). 

Kini, pada Ahad (17/12/2017), umat Muslim Indonesia akan menggelar aksi bela Palestina di lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Aksi yang disimbulkan dengan 1712 itu merupakan ekspresi atau sebagai bentuk protes pernyataan Trump. Rencananya, aksi  akan dihadiri sejumlah tokoh seperti Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Zulkifli Hasan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga menyatakan berniat ikut hadir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun