Setelah itu Soleh beranjak keluar ruang, meninggalkn abang-abangnya yang tengah berkumpul, Marzuki - satu dari empat abangnya Soleh - ingin membuktikan cerita adiknya itu.
"Nyak kan dari dulu orangnya kalem. Itu dasarnya. Nggak mungkin berubah," ungkap Zuki, panggilan akrab Marzuki di hadapan saudara-saudaranya.
Belum ucapan Zuki itu berakhir, nongol Nyak Emma membawa bolu kukus pemberian mamangnya yang tinggal di Bandung. Katanya Nyak Emma, kue ini harus dicobain. Jangan sampe mubazir. Kalo nggak dimakan, kate orang Melayu di Pontianak, sono, bisa kampunan.
"Lu lu pade harus cobain ini kue dari mamang gue di Bandung," kata Nyak Emma kepada anak-anaknya.
"Nyak, ape tuh kampunan?" Tanya Zuki.
"Aye baru denger. Mungut dari mane tuh omongan," sambung Zuki sambil senyum mandangin wajah Nyak Emma.
"Udah, lu pade nggak perlu tanye. Makan aje tuh bolu. Kan nggak nyusahin lu," jawab Nyak Emma dengan nada tinggi.
"Iye nyak," jawab anak-anaknya serentak.
"Gue nggak menjelasin detail apa tuh kampunan. Secara garis besar, kalo permintaan orang yang baik, semisal diajak makan dan minum diturutin sang tamu, orang yang nurut bakal mendapat pahala. Nggak diturutin, mendapatin celaka. Ini kan permintaan baik, dari nyak agar anak-anaknya beroleh berkah," kata Nyak Emma dengan suara keras.
"Nyak ini gaul ngak satu dua orang. Suku mane aje, kalo orangnya baek, kite ikutin. Petuah atau nasihatnya bisa dipraktekin, kenapa harus malu dijalanin. Orang Betawi itu kudu mata, kuping - bila perlu mulut juga - bekerja. Supaya hati ikhlas jalanin hidup," katanya sambil memberi nasihat kepada anak-anaknya.