Mohon tunggu...
Edy Siswanto
Edy Siswanto Mohon Tunggu... Guru - Doktor Bidang Manajemen Kependidikan dan Ketua Umum Perkumpulan Pendidik Vokasi Indonesia-Ikatan Guru Vokasi Indonesia Maju (PPVI-IGVIM)

Penulis, dan pemerhati politik pendidikan. Pembelajar, berkelana mencari ilmu dan dakwah membangun generasi khairu ummah..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kartu Prakerja, Memberi Kail atau Ikan di Masa Pandemi Covid-19?

27 April 2020   01:43 Diperbarui: 15 Oktober 2020   11:01 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program kartu prakerja yang diluncurkan awal April lalu menuai kritik. "Terjadi pro kontra". Biasa sebagai lompatan program baru. Apalagi menyerap dana tak sedikit 5,6 T. Yang berujung pada mundurnya dua staf milenial presiden.

Banyak yang beranggapan bahwa pelatihan yang ditawarkan dari program tersebut tidak efektif karena harus membayar. Melatih kompetensi kok melihat video tutorial saja? Apakah tidak malah lebih menguntungkan pihak penyedia layanan platform digital?

Sekalipun yang didapat lebih besar, biaya pelatihan ke penyedia layanan platform digital Rp. 1 juta. Peserta mendapat Rp. 600.00 selama 4 bulan setelah pelatihan selesai. Pendaftaran Rp. 150.000. Total dana per peserta Rp. 3.550.000.

Kenapa tidak menggunakan platform digital lain yang menyediakan konten serupa secara cuma-cuma atau gratis.

Berikut sejumlah pertanyaan yang perlu dijelaskan. Seperti apa sebenarnya kartu prakerja? Seperti dilansir wikipedia, kartu prakerja adalah bantuan biaya pelatihan bagi masyarakat Indonesia yang ingin memiliki atau meningkatkan keterampilannya.

Tepatkah waktu  pemberian latihan kemampuan dengan kartu prakerja di masa pandemi Covid-19 ini? Pemberian kartu prakerja dimasa pandemi Covid-19 dianggap kurang tepat. Alasanya saat ini yang dibutuhkan masyarakat merupakan bantuan tunai dan bukan dalam bentuk pelatihan.

Warga saat ini butuh jaminan pangan dan sumber uang. Memberi ikan pada saat krisis lebih baik daripada memberi kail. Maka, memberi bahan pangan dan bantuan langsung lebih berfungsi daripada mengasah skill dengan pelatihah," kata Muhammad Nabil Haroen. (Merdeka.com)

"Ini harus jadi bahan evaluasi agar program kartu prakerja benar-benar tepat sasaran. Uang yang diberikan pemerintah juga akan bermanfaat jika penerima bantuan memang benar-benar membutuhkan," ujarnya menambahkan. Seperti yang dilansir Republika.co.id. (24/4/2020).

Bantuan prakerja ini akan efekif apabila dalam kondisi normal. Dengan kondisi ekonomi yang bertumbuh. Pada saat krisis, pelatihan itu salah sasaran,"

Dalam wawancara dengan Najwa Shihab di acara Mata Najwa, Rabu, 23 April 2020, Presiden Jokowi merespons kritik mengenai konsep dan pelaksanaan kartu prakerja yang kurang tepat.

Jokowi mengakui, pada awalnya Kartu prakerja disiapkan untuk program pelatihan secara offline. Program ini menurutnya sudah didesain sejak Oktober 2018 guna memberikan pelatihan seperti teknik coding, teknik programming, barista dan chef.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun