Mohon tunggu...
Edulab Bali
Edulab Bali Mohon Tunggu... Konsultan Pendidikan dan Bimbingan terbaik di seluruh Indonesia

Edulab adalah sebuah lembaga konsultan pendidikan pertama yang menerapkan konsep belajar dalam suasana seperti di rumah, sistem pembelajaran 24/7, berinovasi dalam metodologi pendidikan dengan menggunakan sistem small class, serta pemetaan minat bakat melalui talent mapping. Edulab hadir di tengah perkembangan pendidikan yang begitu pesat, dengan banyaknya metodologi pendidikan dan ilmu pengetahuan yang juga berkembang. Sehingga edulab terus menghadirkan inovasi yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat mendatang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Indonesia

3 Februari 2024   18:29 Diperbarui: 3 Februari 2024   18:35 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu Pendidikan?

Konsep atau pengertian pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan yang holistik, dimana murid atau peserta didik dibentuk menjadi insan yang berkembang secara utuh meliputi olah rasio, olah rasa, olah jiwa dan olah raga melalui proses pembelajaran dan lainnya yang berpusat pada murid dan dilaksanakan dalam suasana penuh keterbukaan, kebebasan, serta menyenangkan. Hal ini seiring dengan empat pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together. 

Sosok Ki Hadjar Dewantara atau yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia ini memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soejaningrat. Terkait pendidikan di Indonesia, beliau sangat memperhatikan perkembangan pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu. Salah satu nya yakni pendapat beliau mengenai penopang atau struktur dari pendidikan itu sendiri. 

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan memiliki dua pilar. Dua pilar pertama ini telah dipraktekan pada sistem pendidikan kita, yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi hal tersebut tidak terasa cukup dikarenakan kita mengharapkan sumber daya manusia di Indonesia, yang dimana tidak hanya memiliki kecerdasan, tetapi juga harus berkarakter. Manusia Indonesia dituntut juga harus memahami jati dirinya sebagai manusia. Yang memiliki dimensi individu dan sosial, memiliki akal budi, kehendak bebas, dan hati nurani. 

Dimana kaitannya dengan empat pilar menurut UNESCO ini, yang pertama learning to be. Menghendaki para murid untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. sedangkan learning to live together mengarahkan murid untuk memiliki kesadaran untuk dapat hidup bersama dengan manusia yang lain ditengah pluralitas dan heterogenitas. Sehingga yang menjadi tujuan pendidikan yang holistik adalah membentuk pribadi utuh yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sosial, moral, spiritual yang disebut melek moral dan sosial (social and moral literacy).

Menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD) bahwa pendidikan dan pengajaran memiliki arti yang berbeda. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa Pendidikan (opvoeding) yang dimana mempunyai pengertian, yakni memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Sedangkan pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sehingga pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas- luasnya.

Ki Hadjar Dewantara juga menjelaskan bahwa pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat dan meyakini bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan kepada generasi berikutnya . Oleh karena itu untuk menghasilkan manusia yang berbudaya maka pendidikan tidak boleh terserabut dari akar budaya kearifan lokal yang menjadi identitas kita sebagai warga bangsa. Maka sudah merupakan sesuatu yang tepat dan penting apabila program pendidikan sekarang ini yang menitik beratkan pada bagaimana supaya generasi muda bangsa ini disamping memiliki kompetensi intelektual tetapi juga memiliki kompetensi sikap atau karakter yang sejalan dengan nilai-nilai agama dan budaya yang telah mengkristal di dalam nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara kita yang telah menjadi pandangan hidup bagi setiap warga bangsa Indonesia.  

Dalam membentuk karakter murid yang berbudaya sesuai dengan nilai-nilai pancasila maka kita kenal sekarang dengan profil pelajar pancasila. Profil pelajar pancasila adalah profil lulusan yang bertujuan menunjukkan karakter dan kompetensi yang diharapkan diraih dan menguatkan nilai-nilai luhur peserta didik dan pemangku kepentingan. Ada enam dimensi dari profil pancasila yaitu; beriman kepada tuhan Yang Maha esa, dan berakhlak mulia, bekebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Rumusan profil pelajar pancasila dibuat dengan tujuan sebagai kompas bagi pendidik dan pelajar Indonesia, sehingga segala pembelajaran, program dan kegiatan di satuan pendidikan bertujuan akhir menghasilkan murid dengan karakter dengan profil pancasila. Hal ini juga sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi; pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 

Ki Hadjar Dewantara juga mengatakan bahwa hendaknya pendidik atau guru untuk tetap terbuka atau melakukan berbagai pembaharuan tetapi tetap harus waspada terhadap perubahan yang terjadi. Kita boleh meniru atau mengadopsi sesuatu yang datang dari luar tetapi kita harus mempertimbangkan bahwa Indonesiajuga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagi sumber belajar. Hal ini juga sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang mengelaborasi pendidikan terkait kudrat alam dan kudrat jaman. Kita diberi kebebasan utnuk melakukan pembaharauan yang disesuaikan dengan kepentingan atau kebutuhan murid sesuai dengan kudrat alam dan kudrat jaman tetapi jangan sampai meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal yang sesuai dengan dasar atau asas kebangsaan yang tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan. 

Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini terdapat konsep merdeka belajar yang telah dicanangkan oleh mas menteri pendidikan Nadiem Anwar Makariem yang dilanjutkan dengan diterapkannya kurikulum merdeka. Apa itu merdeka belajar? Merdeka belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh pelajar, pelajar yang menentukan tujuan, cara dan penilaian belajarnya. Dari sudut pandang pengajar atau guru merdeka belajar berarti belajar yang melibatkan murid dalam penentuan tujuan, memberi pilihan cara, dan melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar. Kenapa merdeka belajar? Dengan merdeka belajar murid akan lebih mandiri mengerjakan tugas belajar, tahan menghadapi kesulitan, serta adaftif menghadapi perubahan. 

Konsep ini seiring dan sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani di lahan yang telah disediakan. Dengan demikian bahwa peran pendidik atau guru adalah menuntun murid agar dapat mengembangkan potensi kodrat yang mereka miliki, murid hendaknya diberi kebebasan atau kemerdekaan untuk memilih cara mana yang mereka sukai untuk mengembangkan potensi kudratinya. Disamping itu juga mengandung makna bahwa seorang guru diberi kebebasan untuk menuntun muridnya dengan berbagai metode atau cara yang tentunya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan murid. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun