Mohon tunggu...
Ahmad Zain Sarnoto
Ahmad Zain Sarnoto Mohon Tunggu... Dosen - pemerhati pendidikan, psikologi dan agama

Dosen Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menanti Model Sekolah "Dunia Baru"

29 Mei 2020   07:56 Diperbarui: 29 Mei 2020   07:53 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bulan Mei akan segera berakhir, jika pada bulan-bulan diluar masa pandemi covid-19, bulan Mei dan Juni adalah bulan penuh dengan kesibukan para orang tua yang memiliki anak usia sekolah, dari mencari sekolah hingga menyediakan perangkat kebutuhan sekolah, karena juli mulai masuk ajaran baru.

Tahun ini berbeda, pengaruh pandemi covid-19 yang sampai hari ini belum ada tanda-tanda berakhir penyebaran virus ini, menyebabkan kegamangan dari berbagai pihak, pemerintah sebagai penentu kebijakan agaknya masih ragu mengambil sikap, walaupun sudah ada wacana "new normal", tetapi sebagian masyarakat masih ragu bahkan kuatir, terutama bagaimana nasib anak-anak usia TK dan SD yang justru rentan terkena wabah covid-19.

new normal memang diperlukan, kita tidak mungkin terus berdiam diri, sektor pendidikan menjadi salah satu objek penting terdampak covid-19, jika pendidikan tidak mampu bangkit ditengah pandemi ini, kita tidak bisa membayangkan bagaimana nasib generasi ke depan, nyatanya konsep pendidikan kita belum mampu beradaptasi dengan situasi sulit seperti adanya pandemi ini, "pemaksaan" menggunakan teknologi dalam mendukung proses pembelajaran selama musim pandemi, menyisakan banyak cerita "horor" para orang tua yang bingung karena tidak semua "melek" teknologi, belum lagi para guru yang dibuat repot dengan kebijakan sistem belajar online.

Model sekolah "dunia baru" sangat dinanti masyarakat, kehidupan "normal" yang di wacanakan pemerintah untuk menggerakan sektor ekonomi perlu mendapat dukungan dari masyarakat, setidaknya masyarakat sebagai pelaku usaha, karyawan ataupun profesi lain yang gelutinya untuk mendukung kehidupan keluarga termasuk membiayai pendidikan anak-anaknya.

jika kita mencoba membuat klaster pendidikan di Indonesia, maka sekolah setidaknya memiliki 3 klaster, klaster 1 adalah sekolah bagi mereka para tua yang "kaya" dengan biaya puluhan juta rupiah, klaster ke-2 adalah sekolah semi "mahal" untuk para orang tua yang berpenghasilan antara 5 sampai 10 juta perbulan, dan klaster ke-3 adalah sekolah "gratis" bagi para orang tua yang berpenghasilan rendah "pas-pasan"

Dari ke-3 Klaster di atas, yang paling terdampak covid-19 adalah klaster "sekolah gratis" yang masih minim perlengkapan sarana dan prasarana sekolah, tetapi klaster ke-2 dan ke-1 juga  sangat mungkin terdampak, karena bisa jadi penghasil "besar" orang tuanya terpengaruh kebijakan covid-19.

Kita sangat berharap kepada pemerintah untuk bertindak arif dalam  menentukan kebijakan sekolah "dunia baru", perlunya  mengajak dialog para praktisi dan akademisi pendidikan untuk urun rembug membuat sekolah ideal dalam tatanan dunia baru, semoga kebijakan pemerintah yang akan diambil terkait sekolah "dunia baru" akan efektif dan maksimal untuk menyediakan pendidikan berkualitas demi anak bangsa generasi ke depan.

wallahu alam

Bekasi, 29 Mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun