Pada setiap universitas tentu memiliki kebijakan yang berbeda mengenai UKM kampus. Oleh karena itu, tidak heran bila nomenklatur UKM setiap kampus pun berbeda-beda. Jumlah UKM kampus pun berbeda-beda tergantung sumber daya yang dimiliki oleh suatu universitas.
Pada dasarnya, UKM kampus memiliki tujuan yang sama. Semua kampus yang memiliki UKM tentu menginginkan agar mahasiswa dapat menyalurkan minat dan bakatnya secara baik dan terorganisir. Â Mahasiswa pun tidak dibatasi ikut hanya pada satu UKM saja. Mahasiswa boleh saja memilih aktif di beberapa UKM kampus sesuai dengan minat yang dimilikinya.
Namun makin kesini, wajah UKM kampus seringkali tercoreng oleh karena beberapa insiden. Kita mendengar berita mengenai tewasnya salah satu mahasiswa akibat disiksa oleh seniornya pada saat kegiatan UKM Resimen Mahasiswa. Masih banyak lagi sederetan peristiwa yang mencoreng wajah UKM kampus. Ini membuktikan bahwa sederetan kisah indah UKM kampus tidak terlepas pula kisah pilu yang menyayat hati.
Ada kondisi lain yang cukup mengkhawatirkan bagi penulis. Sebagai dosen, penulis sering berhadapan langsung dengan mahasiswa yang bermasalah dengan perkuliahan namun aktif di UKM kampus.Â
Ada kecenderungan mayoritas mahasiswa yang aktif di UKM Â tidak menyelesaikan perkuliahan tepat waktu. Dan bahkan, ada beberapa mahasiswa yang terpaksa di drop out karena sudah melewati masa waktu perkuliahan yang ditentukan.
Setelah mempelajari fenomena tersebut, penulis mencoba menguraikan beberapa faktor yang mengakibatkan hal itu terjadi. Tentu berkaitan erat dengan UKM kampus. Akan tetapi, keadaan ini tidak berarti menjustifikasi bahwa UKM kampus menjadi faktor mahasiswa tidak tepat waktu menyelesaikan perkuliahan.
1. Tenggelam dalam kebersamaan di UKM kampus
Penulis memakai istilah "tenggelam dalam kebersamaan" untuk menggambarkan bahwa kebersamaan tidak lagi berorientasi pada tujuan yang utama. Seringkali UKM kampus dijadikan zona nyaman bagi mahasiswa. Sebab, di salah satu UKM berkumpul mahasiswa-mahasiswa yang memiliki bakat dan minat yang sama.
Dalam kebersamaan tersebut, mahasiswa seringkali melupakan tugas pokoknya. UKM kampus sering kali dijadikan sebagai tempat tongkrongan bagi sekelompok mahasiswa. Bahkan bagi sebagian mahasiswa, sekretariat UKM dijadikan penginapan kedua setelah kost atau kontrakan.
Persoalannya muncul ketika kebersamaan tersebut mempengaruhi mentalitas mahasiswa. Misalnya, mahasiswa yang dulunya rajin mengikuti perkuliahan menjadi malas. Hal ini terjadi karena terpengaruh atau ikut-ikutan dengan yang lainnya.
Merasa nyaman dengan keadaan karena melihat orang lain. Dorongan untuk mengikuti perkuliahan tidak lagi sekuat saat mahasiswa belum mengenal UKM. Mereka merasa nyaman-nyaman saja ketika tidak mengikuti perkuliahan. Tentu bukan tanpa sebab. Kita pun bisa saja terpengaruh untuk tidak mengikuti perkuliahan saat teman-teman kita mengadakan kegiatan UKM.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!