Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cita Rasa Guru

26 November 2021   10:06 Diperbarui: 30 Desember 2021   15:03 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ucapan selamat hari guru Nasional (sumber: manado.tribunnews.com)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

(Penulis, Konsultan Skripsi dan Dosen)

Guru pahlawan tanpa tanda jasa, selalu dikenang kapan dan di mana pun. Berbagai cara mengungkapkan untuk mengekspresikan perasaan cinta dan perhatian terhadap peran guru. Ucapan terimakasih datang silih berganti dengan rangkaian kata-kata indah untuk para guru di hari guru 2021.

Peran guru yang sangat dominan dalam kehidupan bernegara menjadikan guru sebagai publik figur yang paling dihormati. Dihormati diatas kertas dan pena, dihormati dalam bentuk kata-kata mutiara indah lewat status Facebook, story WhatsApp dan Instragram. Inilah kenyataan yang harus diterima para guru.

Seberapa banyak guru yang tidak membutuhkan kata-kata indah apalagi hanya sekedar motivasi tanpa moril. Hanya sekedar memenuhi momen hari guru. Menahan diri dalam tugas yang begitu berat tanpa tahu kapan hidupnya layak. Inilah kondisi yang sedang dihadapi oleh sebagian besar guru.


Guru memang "pahlawan tanpa tanda jasa", namun bukan berarti tanpa diupah. Jasanya lantas tak harus diabaikan. Guru adalah profesi layaknya para pencari nafkah untuk kebutuhan rumah tangga. Guru memang bukan buruh yang selalu demo kalau tahu UMP naik namun tidak seberapa. Guru adalah profesi akademisi yang layak diapresiasi dengan gaji yang wajar tanpa harus turun demo.

Ironi  Kehidupan Para Guru

Semua orang boleh berbangga dengan peran guru, namun tutup mata dengan kesejahteraan guru. Di beberapa daerah kehidupan para guru sungguh memprihatinkan. Bahkan, ada yang hidup jauh dari kata layak.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim mengatakan, masalah kesejahteraan guru honorer harus menjadi perhatian bersama. Sebab, kata Nadiem, saat ini masih banyak guru honorer yang menerima gaji dalam hitungan ratusan ribu saja (Kompas.com, 01/07/2021) . Bayangkan saja, gaji yang kecil harus memikul tanggung jawab yang besar.

Masalah kesejahteraan guru terbesar ada pada guru honorer. Banyak keluhan yang datang dari para guru honorer tentang minimnya gaji yang mereka terima. Pada hal, peran mereka sama dengan ASN yang berprofesi sebagai guru. Cuman gaji dan tunjangan yang membedakan guru honorer dan guru yang berstatus ASN.

Sama-sama mengabdi untuk bangsa dan negara. Sama-sama memiliki kemampuan untuk mencerdaskan anak bangsa. Namun, kurang beruntung dalam hal kesejahteraan. Itulah kondisi guru honorer yang ada di Indonesia.

Saat ini, jumlah guru di Indonesia sebanyak 3.357.935. Terdiri dari guru yang berstatus PNS 1.607.480, dan non PNS atau honorer 1.750.455 (news.detik.com, 13/08/2021). Artinya, lebih dari separuh sosok yang mengabdi untuk mempersiapkan generasi penerus nasibnya tak menentu.

Tak akan ada habisnya bila bicara nasib guru honorer. Bukan hanya lilitan ekonomi namun juga tekanan pekerjaan akibat jam ngajar yang banyak. Tekanan semakin tinggi kala pandemi covid-19 melanda. Pembayaran gaji guru honorer yang mengalami penundaan berbulan-bulan menambah beban ekonomi keluarga para guru honorer.

Akibat tuntutan ekonomi banyak sebagian guru mencari pinjaman untuk memenuhi kebutuhan. Gali lubang tutup lubang, hanya untuk bertahan hidup. Akibatnya, kita banyak mendengarkan kasus guru terlilit utang yang cukup serius sehingga melibatkan pihak lain dalam menyelesaikan utang-piutang tersebut.

Berikut ini deretan berita yang menghebohkan masyarakat akibat guru terlilit utang:

1. Seorang guru honorer terlilit utang pinjaman online (pinjol) sebesar 206 juta (tribunnews.com,  04/06 2021)

Seorang guru honorer SD berinisial AM yang terlilit pinjaman online. AM berasal dari Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. AM diketahui utang dari pinjaman online sebesar Rp 3,7 juta. Namun uang yang harus ia kembalikan menjadi Rp 206 juta karena adanya bunga yang tinggi. Hal ini dilakukan lantaran gaji guru honorer yang sangat minim.

AM, guru honorer yang terlilit pinjaman online hingga Rp206 juta. (Sumber: tribunnews.com)
AM, guru honorer yang terlilit pinjaman online hingga Rp206 juta. (Sumber: tribunnews.com)

2. Guru TK di Malang terlilit utang pinjol hingga Rp 40 juta dan berujung pemecatan (kontan.co.id, 20/05/2021)

Guru TK berinisial S berusia 40 tahun Terjerat utang pinjaman online (pinjol) hingga Rp 40 juta. Ia mengaku membayar utang dengan cara berutang lagi di pinjol alias gali lubang tutup lubang. Akibatnya, utang guru yang tinggal di Malang, Jawa Timur, semakin menggunung. Karena tidak cepat melunasi hutang tersebut, S mengalami intimidasi dari para penagih utang. Alasan selalu sama yaitu gaji guru yang tidak mencukupi untuk membiayai perekonomian keluarga.

Dua peristiwa ini seperti fenomena gunung es yang tampak pada permukaan saja. Masih banyak guru yang terlilit utang baik utang konvensional maupun utang melalui pinjaman online. Alasan selalu sama, yaitu gaji guru yang minim sehingga tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Cita rasa Guru

Guru yang baik pasti selalu diingat oleh siswanya. Ini tidak berarti penulis sedang mengkotak-kotakkan antara guru baik dan guru tidak baik. Sekedar hanya untuk merefleksikan kembali peran guru dari kacamata para siswa. Walaupun semua sepakat bahwa apa pun yang dilakukan guru tentu untuk kebaikan para siswa.

Cita rasa Guru tergantung selera siswa. Cara mengajar, bertutur kata dan perilaku guru secara keseluruhan sangat menentukan cita rasa tersebut. Kesan bahwa ada guru yang kejam, guru yang humoris, guru yang pintar adalah sebuah keniscayaan. Sebab, setiap siswa ataupun bekas siswa memiliki perspektif sendiri tentang pribadi masing-masing guru.

Namun perlu dicatat bahwa cita rasa Guru yang dinilai oleh siswa tidak selalu ekuivalen dengan kualitas yang sesungguhnya. Siswa mungkin saja senang dengan guru yang setiap kali mengajar hanya bercanda. Pembelajaran jadi tidak fokus, karena guru sibuk mencari topik-topik diluar pembelajaran untuk menyenangkan siswa.

Kondisi semacam ini sering kali terjadi di dalam kelas. Guru kehilangan fokus dalam mengajar sehingga materi ajar yang disampaikan tidak tuntas. Namun, bagi siswa itu bukan masalah yang penting pembelajaran mengasikan dan mereka bisa mengendalikan kelas secara bebas.

Ada guru yang fokus pembelajaran lupa bahwa siswa butuh komunikasi yang lebih tidak sekedar bicara materi ajar. Asalkan tidak mengabaikan hal-hal yang pokok yaitu melaksanakan proses pembelajaran secara maksimal. Sesekali guru bisa bercanda layaknya partner kerja bersama dengan siswa.

Guru dalam mengisi proses pembelajaran dengan guyonan yang dikemas secara baik akan selalu dikenang dan sulit untuk dilupakan. Dalam kondisi tertentu guru tampil layaknya seorang pemimpin yang bisa mengayomi siswa. Siswa taat pada apa yang diperintahkan guru. Sosok komplit semacam inilah yang dibutuhkan siswa.

Apa pun penilaian dari siswa, guru harus menerima sebagai bahan refleksi. Tidak perlu merasa kurang hati dengan penilaian tersebut. Tetap semangat dan fokus bekerja untuk menyiapkan generasi penerus lebih baik.

Para pembaca Kompasiana yang budiman, hormatilah para guru layaknya kita menghormati orang tua kita. Di sekolah guru adalah orang tua dari anak-anak kita. Tugas guru yang begitu luar biasa harus diapresiasi oleh segenap elemen masyarakat. Memang masih banyak guru yang masih jauh dari kata profesional. Akan tetapi, tidak harus menyalakan seluruh guru. Masih banyak guru yang bekerja sepenuh hati walaupun gaji tak sepenuh hati. Sekian!

Sumber Bacaan:

1. Mendikbud: Kesejahteraan Guru Honorer merupakan Salah Satu PR Kita

2. Tekanan Ganda Guru Honorer

3. Guru Honorer Terlilit Pinjaman Online, Utang Rp3,7 Juta jadi Rp206 Juta, Ini Kisahnya

4. Guru TK di Malang terlilit utang pinjol hingga Rp 40 juta dan berujung pemecatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun