Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kala Guru Jadi Pelawak

1 November 2021   19:15 Diperbarui: 13 Januari 2022   20:06 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pelawak (sumber: BBC.com)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

(Penulis, Konsultan Skripsi dan Dosen)

Pada dasarnya, manusia membutuhkan hiburan berupa lawakan. Sesekali manusia mengisi waktu luang untuk sekedar menikmati lawakan dari YouTube atau televisi. Apalagi di era digital, lawakan sudah banyak dipertontonkan dengan kemasan yang lebih modern.

Di chanel YouTube pun banyak sajian tentang lawakan. Baik dikemas dalam bentuk serial drama atau pun dalam bentuk stand stand up comedy. Semua nya dapat ditonton dengan mudah di berbagai chanel YouTube. 

Pembaca Kompasiana yang Budiman, tentu masing-masing kita memiliki pelawak favorit. Di Indonesia, kita mengenal ada pelawak yang eksis di tahun 70an  seperti Bing Slamet, Eddy Sudiharjo, Kho Tjeng Lie alias Ateng, dan Iskak Darmo Suwiryo. Di era 80an kita mengenal ada Warkop Prambors yang terdiri dari Kasino Hadiwidjojo, Nanu Mulyono, Rudy Badil, Wahjoe Sardono (Dono), dan Indrodjojo Kusumonegoro (Indro).

Bergeser ke tahun 90an ada group lawak Bagito alias Bagi Roto terdiri dari Miing (Dedi Gumelar), Didin Pinasti, dan Hadi Wibowo alias Unang. Di tahun 2000an juga ada group lawak operasi Van Java yang terdiri dari Sule, Azis Gagap, Andre Taulany, dan Nunung. Dan masih banyak lagi nama-nama beken pelawak yang tidak bisa disebut semua.

Pelawak favorit penulis adalah Sule. Bagi penulis Sule adalah pelawak yang memiliki multi talenta. Bisa melawak melalui lagu, berjoget, dan bermain alat musik. Pokoknya luar biasalah buat Entis Sutisna, nama asli dari Sule. Berulang kali penulis menonton lawakan Sule, tidak pernah pudar daya humor nya. Pandai berimprovisasi saat beradu dengan lawan main dan mampu menyesuaikan dengan selera penonton. 

Dunia lawak memang sungguh menarik dan unik untuk ditelaah. Lawakan yang cerdas secara tidak langsung dapat mempengaruhi penonton. Bahkan panggung lawak juga diisi oleh pelawak-pelawak cerdas yang membawakan materi lawak yang bertujuan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah.

Lalu, apakah melawak  hanya boleh dilakukan oleh pelawak? Jawabnya tentu tidak. Siapa saja boleh melawak asal lucu. Begitu lah kira rumus sederhana nya. Dalam dunia pendidikan (pembelajaran), guru sesekali guru dianjurkan untuk melawak agar menciptakan suasana kelas yang ceria. Asalkan tidak keluar konteks dari hakekat pembelajaran.

Guru melawak di dalam kelas, boleh kah? 

Secara sederhana, melawak berarti membuat lucu atau jenaka. Melawak memiliki tujuan agar lawan bicara atau penonton tertawa. Membuat lawak bukan perkara gampang. Apalagi lawakan yang cerdas agar penonton tercerahkan oleh lawakan tersebut. 

Sama halnya dengan guru yang sedang mengajar, sesekali melontarkan lawakan untuk menghidupkan suasana kelas yang suntuk. Saat mengajar guru bisa menyelipkan guyonan yang memancing perhatian siswa. Trik ini memang sekilas mudah, namun butuh kesiapan mental yang cukup. Sebab, bisa dibayangkan kalau lawakan tersebut ternyata tidak lucu, tentu suasana kelas akan semakin garing.

Perlu diingat bahwa durasi lawakan tidak boleh melebihi pembahasan materi. Idealnya 2-3 menit selama proses pembelajaran. Jangan sampai selama proses pembelajaran di isi dengan lawakan. Lawakan hanyalah salah satu cara dari sekian banyak cara untuk menghidupkan suasana kelas.

Penulis juga kadang-kadang mengeluarkan lawakan yang tidak cerdas. Salah satu contoh mengeluarkan guyonan yang menyudutkan siswa atau mahasiswa. Buat yang lain itu lucu, namun tidak bagi siswa atau mahasiswa yang kita ledekan. Pasti sangat malu dan merasa sedang dipojokkan.

Tentu itu tidak boleh dilakukan oleh seorang guru maupun dosen. Akan tetapi sering kali keceplosan menggunakan lawakan yang berakibat pada pembullyan. Penulis tahu bahwa itu salah namun baik dalam keadaan sadar atau pun tidak sadar, sering kali penulis melakukannya.

Jika sudah demikian, penulis mencari waktu untuk meminta maaf secara langsung kepada siswa atau mahasiswa yang dijadikan objek lelucon. Tidak segan-penulis mencarinya di kantin, sambil minum kopi (bagi mahasiswa) dan minta maaf secara langsung. SedangKan untuk siswa, penulis langsung memanggil secara pribadi ke ruang guru untuk meminta maaf. Ini langkah yang sering penulis lakukan agar tetap membangun relasi yang baik dengan siswa maupun dengan mahasiswa. 

Untuk menghindari kejadian serupa, penulis menggunakan materi ajar sebagai bahan lawan. Karena mengajar fisika, maka kontekstualisasi materi ajar dalam kehidupan nyata yang sering dijadikan lawakan. Agar terlihat berkelas karena berkaitan dengan ilmu fisika.

Sebagai contoh Materi lawakan yang penulis bawakan saat mengajar sifat partikel zat cair. Sifat partikel zat cair adalah mengisi seluruh ruang sehingga mengikuti bentuk dari wadah yang ditempati. Siswa paham dengan konsep fisika ini karena materi dasar ini sudah diajarkan sejak sekolah dasar.

Penulis mencoba mengangkat perilaku masyarakat dan bahkan kaum terpelajar saat sedang mengisi bahan bakar bensin atau solar. Mungkin para pembaca Kompasiana juga pernah melakukan hal serupa yaitu menggoyang-goyangkan kendaraan saat mengisi bahan bakar. Dengan sedikit bahasa yang nyeleneh untuk memancing tawa dari siswa. 

Kebiasaan ini tentunya bertolak belakang dengan konsep materi fisika tersebut. Zat cair (bensin dan solar) yang secara otomatis selalu mengisi ruangan maka tidak perlu digoyang. Berbeda halnya dengan zat pada yang tidak mengisi ruangan dan tidak mengikuti wadah yang ditempati. Oleh karena itu, butuh aktivitas manusia untuk mengatur sehingga dapat mengisi ke seluruh ruangan.

Justru sangat berbahaya jika kendaraan digoyang saat pengisian bahan bakar. Gesekan diujung pipa pengisian bahan bakar akan menghasilkan percikan api. Di beberapa pertamina telah terjadi kebakaran akibat ketidakcermatan pemilik kendaraan. Inilah salah satu contoh lawakan yang disesuaikan dengan materi ajar.

Hal diperhatikan guru saat melawak di dalam kelas

1. Memperhatikan durasi waktu melawak

Tugas utama guru adalah mengajar bukan melawak. Melawak hanya sebagai upaya guru untuk mencairkan suasana dalam kelas. Oleh karena itu durasi lawakan tidak boleh terlalu lama. Hal ini agar proses pembelajaran tetap berlangsung efektif dan efisien.

2. Memperhatikan materi lawakan

Guru hendaknya mengambil contoh konkrit materi lawakan yang sesuai dengan materi ajar. Hal ini agar siswa berkesan sekaligus memperoleh pengetahuan tambahan dari materi lawakan. Memang tidak mudah mengaitkan materi lawakan dengan materi ajar, namun setidaknya ada nilai pengetahuan yang diperoleh dari lawakan seorang guru.

3. Menghindari lawakan yang membuat siswa tersinggung

Cara elegan melawak adalah dengan tidak merendahkan martabat siswa. Hindari cara melawak yang terkesan menyudut siswa. Atau tidak membuat siswa merasa malu oleh karena lawakan kita. Tugas guru memastikan bahwa lawakan tersebut dapat memotivasi siswa belajar agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

Para pembaca Kompasiana yang Budiman, perlu diakui bahwa guru yang paling sering diingat oleh siswa ada guru yang paling berkesan. Salah satu nya adalah melalui lawakan-lawakan yang sulit dilupakan siswa. Bagi mu guru, yang pandai melawak gunakan itu untuk kepentingan pembelajaran. Semoga bermanfaat. Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun